Pengemasan barang logistik untuk didistribusikan ke posko pengungsian oleh tim relawan psikologi peduli.
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Sabtu (05/10)-Pada hari kedua, Jumat (05/10) tim relawan psikologi peduli berada di Kota Palu, Sulawesi Tengah dan bergerak menyalurkan bantuan ke posko-posko yang membutuhkan. Tim dibagi menjadi tiga kelompok, dua kelompok bertugas sebagai distributor ke posko-posko. Satu kelompok sisanya sebagai administrator. Selain membagi tiga kelompok, tim relawan psikologi peduli juga mengutus dua anggota tim ke Kabupaten Sigi untuk bekerja sama dengan tim Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menyalurkan bantuan menggunakan mobil pickup. Anggota tim berangkat ke Sigi menempuh perjalanan sekira 30 menit dari posko.

Akses jalan ke posko tujuan di Kabupaten Sigi sulit dilewati, jalan aspal retak dan bergelombang hingga setinggi 1 meter namun masih bisa dilewati. Tidak semua bangunan hancur, namun seluruh rumah yang dilewati sudah tak layak huni. Terdapat wilayah perumahan tenggelam hingga atap rumah hampir rata dengan aspal, padahal bangunan masih berdiri. Kondisi SPBU tidak lebih baik, bahan bakar yang tersisa di tangki penampungan Bahan Bakar Minyak (BBM), harus dikuras menggunakan botol air mineral. 

Wira Ardian, alumnus Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang bermukim di Palu menyebut Sigi memang wilayah yang berada di garis retakan. "Itu gempa bergetar atas bawah, jadi air yang dibawah itu kasih encer tanah di atasnya jadi naik lumpur dan tanah di atas tenggelam," ungkapnya.

Setelah melewati perbatasan Kabupaten Sigi, 20 menit kemudian, tim tiba di posko pengungsian. Tak ada keributan yang terjadi, tim justru diminta membawa bantuan ke tempat-tempat yang belum tersentuh bantuan. Usai mengantar bantuan, tim yang bertugas melakukan distribusi kembali ke posko relawan untuk melaksanakan Salat Jumat.  Saat menunaikan ibadah Salat Jumat, beberapa anggota tim relawan merasakan getaran namun masih dalam skala kecil. Usai Salat, tim berpencar lagi ke posko-posko pengungsian yang mendesak untuk diberikan bantuan. 

Abdul Rahmat selaku pemimpin kelompok pertama mengungkapkan bahwa pembagian bantuan dilakukan hanya berdasarkan pengamatan. "Pake feeling jaki bagikan, kalau diliat kurang itu yang dikasih, bagian lapangan itu yang butuh pakean, kalau yang mengungsi dekat dekat rumahnya itu tidak butuhji pakaian," ujar Abdul Rahmat yang memimpin kelompok pertama. 

Ahmad Yani yang memimpin kelompok kedua mengatakan bahwa penyaluran bantuan mengacu pada daftar barang yang dibutuhkan yang diberikan oleh warga sekitar. Namun, terdapat dua tempat yang masuk dalam daftar namun tim tidak mampu mengantarkan bantuan lantaran kekurangan bahan bakar. "Ada dua list yang tidak dibawakan, karena jaraknya yang jauh sedang kita dibatasi bahan bakar, jadi sisanya di drop ke beberapa list posko yang lainnya," ungkap mahasiswa yang kerap disapa Yani ini. Hingga malam hari, tim relawan masih mendistribusikan bantuan. Namun barang yang dibawa belum dapat memenuhi kebutuhan penyintas.

Keesokan harinya, Sabtu, (06/10), tim relawan memberikan sisa bantuan yang belum terdistribusikan ke beberapa pihak yang ingin bekerjasama. Bantuan itu nantinya akan disalurkan ke wilayah yang belum dijangkau. Sementara tim bersiap untuk kembali ke Makassar. (*)

*Berita ini ditulis oleh Anggota LPM Psikogenesis

Posting Komentar