Tim relawan saat beristirahat di Kabupaten Majene
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Jumat (05/10)- Tim Relawan Psikologi Peduli pemberangkatan pertama, telah tiba di Palu pada Kamis (04/10) pagi usai menempuh kurang lebih 25 jam perjalanan dari kota Makassar. Tim Relawan yang merupakan gabungan dari Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), dan Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) UNM tersebut berangkat pada Rabu (03/10) dini hari WITA.

Lamanya waktu perjalanan disebabkan truk  yang mengangkut barang melaju sangat lambat. Salah seorang relawan, M. Rosadi mengungkapkan bahwa normalnya perjalanan hanya memakan waktu 18 jam. "Biasanya saya 18 jam sampe normalnya, tapi karena ini truk ditunggu jadi lama ki baru sampai," ungkap pria yang kerap disapa Cadi ini.

Tim Relawan Psikologi peduli membawa bantuan yang dikumpulkan oleh Fakultas Psikologi UNM, Keluarga Mahasiswa (Kema) FPsi UNM, Himpsi Pusat, Himpsi Sulsel, Kema FPsi UNM, Hasamitra, Asosiasi Psikologi Industri Organisasi (APIO), Asosiasi Psikologi Islam (API) Sulsel, Rumah Belajar Cinta Damai, Ikatan Alumni SMA Negeri 1 angkatan 91 Parepare, Kopitalism, dan Masyarakat kota Makassar.

Sepanjang perjalanan, tim relawan beristirahat dua kali. Pertama di kota Mamuju dan kedua di Kabupaten Pasangkayu. Selain itu, tim relawan juga melakukan pengisian bahan bakar sebanyak dua kali. Saat meninggalkan Makassar dan tiba di Kabupaten Majene, bahan bakar diisi kembali dan sebagian dipersiapkan untuk kebutuhan di lokasi. Namun, saat tiba di Kabupaten Donggala, bahan bakar yang ingin dibawa ke lokasi terpaksa digunakan untuk kendaraan karena seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) setelah melewati Kabupaten Mamuju tutup. Sementara, di SPBU yang terbuka, orang-orang harus mengantri sepanjang puluhan kilometer.

Akses jalan yang ditempuh oleh tim relawan yakni melalui jalanan di sekitar perkebunan kelapa sawit, Kabupaten Mamuju Utara. Aspal jalan juga dijumpai rusak di beberapa titik, namun tidak berpengaruh banyak terhadap perjalanan. Memasuki Kota Palu, kondisi jalan dapat dikatakan mulus, sisa-sisa sampah dan puing-puing bekas gempa dan tsunami telah dibersihkan sehingga kendaraan dapat lewat dengan lancar.

Isu tentang penjarahan yang terjadi pada truk bantuan, juga nyaris dialami oleh tim relawan. Namun, tim relawan berhasil melewati penjarahan usai berdalih bahwa bantuan yang dibawa adalah semen. "Hampir di bongkar, tapi alasannya semen," ungkap Cadi.

Selain itu, di beberapa titik, ancaman penjarahan sudah mampu diredam setelah ditangani pihak kepolisian. Setiap bantuan yang lewat di Kecamatan Loli mendapat pengawalan pada pagi siang dan sore hari.

Saat tim relawan sudah tiba dilokasi, selama kurang lebih 20 menit tim relawan "disambut" dengan getaran gempa. Namun, para pengungsi merespon bahwa kejadian seperti itu adalah sesuatu yang sudah biasa. Setelahnya, bantuan kemudian dibawa dan diantarkan ke rumah jabatan Sekretaris Provinsi Sulawesi Tengah.(*)

*Berita ini ditulis oleh anggota LPM Psikogenesis

Posting Komentar