Ilustrasi Psikologika "Cognitive Dissonance: Kesenjangan Akibat Adanya Dua Kognisi yang Bertentangan".
Sumber: Google.com

Pernahkah kalian merasa cemas akibat melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan kalian? Dalam dunia psikologi, kalian mungkin mengalami fenomena Cognitive Dissonance. Lantas, apa itu fenomena Cognitive Dissonance?

Festinger (1957) menjelaskan bahwa Cognitive Dissonance adalah fenomena di mana adanya kesenjangan antara dua atau lebih keyakinan, nilai, atau perilaku yang tidak konsisten sehingga menciptakan ketidaknyamanan psikologis. Sejalan dengan Festinger, Vaughan & Hogg (2005) juga menyatakan bahwa Cognitive Dissonance merupakan kondisi tidak nyaman akibat tekanan Psikologis dari dua atau lebih kognisi yang tidak sesuai satu sama lain. 

Lantas, mengapa kesenjangan antara dua kognisi ini dapat terjadi? Festinger (1957) menyebutkan terdapat empat faktor yang menyebabkan terjadinya Cognitive Dissonance, yaitu: 

1. Inkonsistensi Logika (Logical Inconsistency)

Manusia memilki berbagai macam logika. Munculnya suatu logika berpikir yang mengingkari logika berpikir lainnya dapat menyebabkan terjadinya Cognitive Dissonance. 

2. Nilai Budaya (Cultural Mores)

Kognisi yang dimiliki individu dalam suatu budaya berbeda dengan budaya di daerah lainnya. 

3. Opini Umum (Opinion Generality)

Munculnya pendapat yang berbeda dengan yang menjadi pendapat umum dapat menyebabkan terjadinya Cognitive Dissonance. 

4. Pengalaman Masa Lalu (Past Experiences)

Adanya kognisi yang tidak konsisten dengan pengalaman masa lalu juga dapat menyebabkan terjadinya Cognitive Dissonance. 

Bagaimana cara mengatasi fenomena Cognitive Dissonance? Untuk mengatasi ketidaknyamanan Psikologis akibat kesenjangan pada kognisi dapat dilakukan dengan mengubah kognisi tersebut. Misalnya, seseorang yang tidak setuju dengan keputusan atasan di tempat kerja, berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa keputusan atasan adalah benar atau terdapat alasan yang baik atas keputusan tersebut. Namun, mengatasi Cognitive Dissonance bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Terkadang, individu cenderung memilih untuk tetap mempertahankan keyakinan dan perilaku yang sudah ada, meskipun hal tersebut bertentangan dengan fakta. (ZK)


Referensi: 

Festinger, Leon. 1957. A Theory of Cognitive Dissonance. California : Stanford University Press

Vaughan, G., & Hogg, M. A. (2005). Introduction to social psychology.

Posting Komentar