Ilustrasi Psikologika "Peran Bandwagon Effect Pada Pilihan “Young Voters” Saat Pemilu 2024".
Sumber: Ways and Means Show Podcast

Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 yang akan datang merupakan momen penting bagi Republik Indonesia sebagai langkah awal untuk membuka lembaran baru yang lebih baik. Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih baik, peran pemuda sebagai agent of change dan agent of control sangat dibutuhkan. 

Pemuda sebagai kontributor terbesar dalam pembentukan masa depan bangsa sangat akan berdampak pada perayaan Pemilu 2024 nantinya. Pemuda sebagai generasi yang seringkali disebut sebagai generasi emas, saat ini tumbuh bersanding dengan teknologi dan sangat lekat dengan informasi teraktual. Pemuda dapat memilih untuk menjadi individu yang aktif dalam menyebarluaskan pilihan tokoh politiknya, memanfaatkan segala teknologi untuk berkontribusi memengaruhi pilihan dari orang lain. Partisipasi utama dari pemuda dapat dilihat dari Daftar Pemilih Tetap yang menempati posisi tertinggi yaitu sebanyak 107 juta orang atau 55%.

Dikutip dari Tempo (13/04), August Mellaz selaku Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengemukakan bahwa pemilih pada Pemilu 2024 didominasi oleh pemilih muda yang berusia 17 hingga 40 tahun dengan persentase sekitar 55 hingga 60 persen atau 107 hingga 108 juta jiwa. Lebih lanjut, dikutip dari KPU (02/07), Betty Epsilon selaku Anggota KPU menyatakan bahwa jumlah total pemilih pada Pemilu 2024 yaitu sebanyak 204.807.222 dengan persentase laki-laki sebanyak 102.218.503 dan perempuan sebanyak 102.588.719. 

Lantas, apa permasalahan yang dialami oleh Pemilih Pemuda?

Pemilih pemuda saat ini memiliki beberapa permasalahan terkait penentuan pilihan pada Pemilu 2024. Mardiani (2023) mengemukakan bahwa pemilih pemuda secara psikologi rentan dengan pilihan yang tidak rasional dan mudah untuk terpengaruh oleh stimulus eksternal. Lebih lanjut, Mardiani (2023) mengemukakan bahwa pemuda memilih kecenderungan untuk terpengaruh oleh rekan sebaya atau peer group dalam menentukan keputusan pada saat Pemilu 2024. Selain itu, Pitria, Utari, Merseta, Sari, dan Pangestu (2023) mengemukakan bahwa pemuda cenderung masih minim akan kesadaran politik, kurangnya pemahaman terkait demokrasi, dan rendahnya pendidikan politik merupakan masalah yang ada pada pemilih pemuda pada Pemilu 2024. Permasalahan ini sangat erat dengan konsep bandwagon effect yang dikenalkan oleh Zachary Taylor. Bandwagon effect juga seringkali disebut sebagai kondisi “ikut-ikutan” atau seringkali disebut sebagai perilaku Fear of Missing Out (FoMo). 

Saat ini, pemuda seringkali menunjukkan kondisi Bandwagon Effect atau FoMo. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maysitoh, Ifdil, dan Ardi (2020) dapat ditemukan bahwa sebanyak 47,95% mahasiswa yang menjadi responden menunjukkan kondisi FoMo atau Bandwagon Effect. Lebih lanjut, Khrennikov (2020) dalam penelitiannya menemukan fakta bahwa pemuda seringkali menunjukkan kondisi Bandwagon Effect atau ikut-ikutan pada sistem pemilihan politik karena dianggap tidak terlalu merugikan secara psikologis. Kondisi ini mampu menjadi “Pedang bermata dua” bagi polarisasi opini politik di Indonesia. Bandwagon Effect tentunya akan menjadi hal yang sangat baik bila pemilih pemuda “ikut-ikutan” untuk memilih pemimpin yang memang memiliki visi dan misi yang baik untuk negara. Namun, bagaimana bila pemilih pemuda cenderung memperlihatkan perilaku Bandwagon Effect pada pemimpin yang tidak kompeten?      

Perilaku Bandwagon Effect yang diterapkan pada sasaran yang salah atau pemimpin pilihan yang salah, memiliki kemungkinan untuk menjadikan Indonesia yang tidak sesuai dengan harapan bangsa, tidak sesuai dengan tujuan awal negara terbentuk, dan tidak sesuai dengan cita-cita dari pendahulu bangsa. Pemuda seharusnya menghilangkan perilaku Bandwagon Effect dengan cara lebih peduli dengan kondisi sosio-politik yang sedang berlangsung di Indonesia, lebih peka terhadap situasi yang terjadi, dan lebih memperdalam pengetahuan terkait Pemilu yang akan berlangsung di tahun 2024 nantinya.      

Lantas, bagaimana cara mengurangi atau menjauhi kondisi Bandwagon Effect menurut perspektif psikologis? Bandwagon Effect yang merupakan bagian dari social theory dapat dihubungkan dengan theory of participations bila membahas perihal perilaku dalam memilih. Hinich (1981) mengemukakan bahwa Bandwagon Effect dapat dijauhi dengan satu cara, individu perlu untuk memikirkan utilitas atau manfaat apa yang didapatkan bila dia memberikan suara pada orang lain. Selain itu, Morton dan Ou (2015) mengemukakan bahwa individu dapat menjauhi kondisi Bandwagon Effect dengan cara memiliki keingintahuan terkait informasi dari kandidat yang ingin diberikan suara, kemudian individu juga perlu sadar terkait seberapa berharga hak suara yang akan diberikan kepada calon pemimpin. 

Sebagai penutup, Penulis mengutip kalimat yang sangat merepresentasikan idealitas dari pola pikir pemimpin yaitu: "Leadership ia an action, not a position," - Donald McGannor.

(Akhdan Asirih Afif Siddiq Sahnur - Pemimpin Departemen Penelitian dan Pengembangan LPM Psikogenesis Periode 2023 - 2024)


Referensi

Hinich, M.J., 1981. Voting as an act of contribution. Public Choice 36, 135–140.

Khrennikov, A. (2020). Social laser model for the Bandwagon effect: generation of coherent information waves. Entropy, 22(5), 559.

Komisi Pemilihan Umum Go Id (2023, Juli 2). DPT Pemilu 2024 Dalam Negeri dan Luar Negeri. Diakses dari https://www.kpu.go.id/berita/baca/11702/dpt-pemilu-2024-nasional-2048-juta-pemilih 

Mardiani, W. (2020). Peran Pemuda Dalam Pemilu (The Role of Youth in Elections).

Morton, R. B., & Ou, K. (2015). What motivates bandwagon voting behavior: Altruism or a desire to win?. European Journal of Political Economy, 40, 224-241.

Pitria, E., Utari, D., Marseta, Y., Sari, M. T., & Pangestu, R. A. (2023). Peran Pemilih Pemula dalam Pemilu 2024. KREATIF: Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara, 3(3), 210-218.

Tempo (2023, Februari 17). KPU Sebut 60 persen Pemilih Indonesia di Pemilu 2024 Didominasi Kelompok Muda. Diakses dari

 https://nasional.tempo.co/read/1692894/kpu-sebut-60-persen-pemilih-indonesia-di-pemilu-2024-didominasi-kelompok-muda  

Posting Komentar