Aku patah hati, kapan ya aku bahagia lagi?

Penelitian yang dilakukan Tiffany Field mengatakan dampak dari patah hati menyebabkan stres berkepanjangan, cemas, dan depresi yang memengaruhi kekebalan tubuh. Dapat dibayangkan jika kekebalan tubuh telah menurun, penyakit apapun dengan cepat mengambil alih tubuh kalian. Tentu kalian tidak ingin terpuruk sakit hati dan fisik sekaligus dalam jangka yang waktu lama kan? So, kalian harus tetap bertumbuh, coz' life must go on! Setelah sebelumnya membahas soal patah hati (baca: Broken Heart: Sempat Jatuh Hati Kemudian Patah, Itulah Hati), maka saatnya mencari solusi untuk berubah menjadi versi terbaik kalian.

Patah hati merupakan pemantik dari kata move on. Move on sendiri dapat dikatakan mengambil tanggung jawab atas kebahagiaan dan kesejahteraan diri sendiri dengan harapan mengalahkan diri yang lama agar menjadi pribadi baru. Move on membuat kedua belah pihak merasakan fase kehilangan orang terkasih. Perasaan kehilangan saat move on disebabkan oleh kesadaran bahwa kita tidak dapat lagi bersama orang yang kita inginkan. Perlu dipahami bahwa kesedihan merupakan hal yang wajar dirasakan dan tidak perlu ditolak karena pada akhirnya, fase tersebut akan membantu perasaan kalian menjadi lebih baik dan berakhir dengan penerimaan. 

Namun, apakah hubungan yang kalian jalani senilai dengan rasa sakit dan dampak yang diarasakan? Tentu tidak kan? Nah untuk move on! Para pejuang move on perlu strategi dong! Langeslag dari hasil penelitian psikologi eksperimennya memperkenalkan strategi yang terbukti efektif pada partisipannya yang pastinya dapat juga kalian terapkan:

1. Negative Reappraisal of The Ex-Partner

Strategi ini menerapkan cara mengeluarkan pemikiran negatif mengenai mantan kekasih. Hal ini terbukti dapat menurunkan perasaan cinta dan membantu kalian merasa tidak terlalu sedih akan perpisahan. Mengingat kembali betapa buruknya hubungan yang pernah dijalani dan membayangkan skenario masa depan jika kalian masih bersama dia yang tidak pantas. Jika memungkinkan, kalian bisa berbagi pikiran negatif kalian dengan orang terpercaya atau jika kalian tipe individu yang trust issue-nya sulit ditembus, bisa mencoba metode menulis atau yang dikenal dengan istilah expressive writing. Bukankah lebih bagus ketika dapat menghasilkan karya dari sakit hati yang dirasakan?

2. Reappraisal of Love Feelings

Cara ini mengajarkan untuk jujur pada diri sendiri. Mengakui bahwa tetap mencintai mantan kekasih itu normal. Selain itu, mengakui perasaan sendiri membantu kalian lebih menerima kenyataan bahwa sakit hati akibat perpisahan itu, tidaklah buruk. Penerimaan ini bukan fokus untuk mengingat kenangan menakjubkan bersama mantan, tetapi memahami bahwa wajar saja cinta belum punah 100% jika baru berpisah dengan orang yang pernah dekat dengan kita secara emosional maupun fisik. Kalian tidak butuh lagi memaksakan diri dengan menolak perasaan dan kenyataan setelah pisah yang beradu dengan rasa cinta yang tersisa. Ingat ya, pelan tapi pasti!

3. Distraction

Metode ini berupa pengalihan perhatian terhadap rasa sakit yang dirasakan. Dengan kata lain, menyibukkan diri. Selain itu, metode ini juga terbukti meningkatkan motivasi kalian melakukan sesuatu yang lebih mengasyikkan dan bermanfaat. Misalnya hobi kalian berolahraga, kalian bisa membuat badan lebih sehat, hangout dengan teman untuk memancing munculnya emosi positif, atau beribadah lebih giat agar mendapat ketenangan dan menyadari Tuhan masih menyayangi kalian dengan menghindarkan kalian pada orang yang tidak tepat.

Perlu kalian ketahui, 3 strategi diatas tetap menitikberatkan pada kognisi, memori, dan atensi dengan penerimaan perasaan setelah putus hubungan. 3 strategi ini merupakan upaya untuk tetap bahagia dengan mengurangi emosi negatif yang timbul. Pada dasarnya, move on memang tentang menerima kenyataan, bukan kompetisi untuk melupakan secepat mungkin. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa kebahagiaan bergantung dari seberapa cepatnya kalian melupakan. Akan indah pada waktunya kok. Eits!!! Cara ini juga bermanfaat untuk mengurangi intensitas cinta kalian saat mengejar cinta yang salah/tidak pantas bahkan dapat digunakan untuk memutuskan hubungan. (BYMX)


Referensi:

Field, T. (2011). Romantic breakups, heartbreak and bereavement. Psychology, 2(4), 382-378. doi: 10.4236/psych.2011.24060.

Langeslag, S. (2017). Down-regulation of love feelings after a romantic break-up: Self-report and electrophysiological data. Journal of Experimental Psychology, 147(5), 720-733. doi: 10.1037/xge0000360.

Schwartz, M. (2011). What Do We Mean by “Moving On” diakses melalui  https://www.psychologytoday.com/us/blog/shift-mind/201106/what-do-we-mean-moving 2 Agustus 2020.

Posting Komentar