Ucapan Terima Kasih Bidang Kemahasiswaan FPsi UNM kepada Lembaga Kemahasiswaan Kema FPsi UNM.
Sumber: Dok. Kemahasiswaan FPsi UNM

Psikogenesis, Sabtu (14/05) - Pemberhentian Ketua Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) periode 2021-2022 pada Rabu (11/05) kemarin sekaligus menandai akhir bagi Lembaga Kemahasiswaan (LK) FPsi UNM periode 2021-2022.

Resekiani Mas Bakar selaku Wakil Dekan (WD) III FPsi UNM mengungkapkan pendapatnya, bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi yang berlembaga punya semangat, energik, dan program kerja yang bagus.  

"Saya melihat bahwa memang adik-adik mahasiswa (Fakultas) Psikologi terutama adik-adik yang berlembaga di organisasi ini punya semangat lalu kemudian energik mereka juga punya pemikiran dalam membuat program-program yang bagus," ucap Reskiani atau akrab disapa Kiki oleh mahasiswa.

Setelah berakhirnya periode 2021-2022 LK Kema FPsi UNM, Kiki menjelaskan bahwa dirinya akan mempersiapkan beberapa hal seperti mekanisme Musyawarah Besar (Mubes), penertiban kebersihan, dan perekrutan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) untuk menunjang periode yang akan datang.

"Dari peristiwa peralihan kemarin sudah harus ada mekanisme di dalam Mubes untuk di periode selanjutnya itu tidak perlu dilakukan karena menghambat dan tidak penting. Kemudian penertiban dari segi kebersihan itu juga kemungkinan nanti saya akan menerapkan denda buat sekretnya (baca: sekretariat) yang kotor. Saya juga sudah mulai untuk melakukan perekrutan untuk HMPS, jadi HMPS itu sudah menjadi program, semoga itu bisa direalisasikan sudah ada perencanaan anggaran nya untuk HMPS," jelas Kiki saat diwawancarai langsung diruangannya.

Untuk kedepannya, Kiki berharap dalam membangun organisasi perlu berdasarkan visi cinta damai, kebiasaan dalam kelembagaan yang kurang efektif tidak dianggap sebagai sebuah aturan yang harus untuk lakukan.

"Harapan saya jangan menjadikan sebuah kebiasaan yang tidak efektif dalam lembaga kita anggap sebagai sebuah aturan yang kita lakukan. Kita harus sadari bahwa membangun organisasi itu perlu dengan visi cinta damai," harapnya.

Akhir kata, Kiki menjelaskan bahwa dirinya ingin mengajarkan, bahwa dalam perbedaan pendapat di sebuah organisasi harus dikomunikasikan dan bertanggung jawab memberikan atas solusi yang disampaikan dalam perbedaan tersebut berlandaskan visi cinta damai.

"Saya ingin mengajarkan bahwa ketika kita berorganisasi tentu ada perbedaan tapi perbedaan itu harus dilandaskan dengan model dimana kita mengkomunikasikan perbedaan tersebut, dan bertanggung jawab memberikan solusi atas sesuatu jangan hanya sekedar kita berbicara. Orang-orang diluar sana yang memberikan kritikan kepada teman-teman di lembaga itu harus bertanggung jawab memberikan solusi, jadi semua harus dilakukan dengan visi cinta damai," tutupnya. (HF)

Posting Komentar