Novel Welcome to NHK Karya Tatsuhiko Takimoto.
Sumber: Pinterest

Hikikomori, secara harfiah diartikan menjadi menarik diri atau mengurung diri, merupakan fenomena sosial di budaya Jepang yang dialami oleh kalangan remaja atau dewasa muda. Hikikomori adalah sebutan untuk orang yang menolak untuk keluar dari rumah dan memilih untuk mengisolasi diri mereka dari masyarakat dalam periode waktu yang lama (Itou, 2003). Untuk mendiagnosa hikikomori, ada enam kriteria spesifik yang diperlukan; 1) menghabiskan sebagian besar waktu dalam satu hari tanpa meninggalkan rumah, 2) berkeras hati menghindar dari situasi sosial, 3) ada simtom yang menganggu rutinitas atau fungsi pekerjaan/akademik, 4) merasa perilakunya sebagai ego, 5) durasi perilaku berulang minimal enam bulan, dan 6) tidak ada gangguan mental lain yang berpotensi menjadi penyebab (Teo, Albert, 2010). 

Kasus hikikomori sering terjadi, tapi tidak selamanya melibatkan gangguan lain yang terdaftar dalam DSM-IV-TR, hikikomori dianggap sebagai sindrom yang kultural, yakni sindrom atau perilaku yang khas terjadi dalam budaya tertentu dalam hal ini Jepang. Culture-bound syndrome memiliki empat karakteristik, 1) gangguan terdefinisikan dengan jelas dan tidak banyak terjadi, 2) diakui sebagai gangguan tertentu dalam budaya yang diasosiasikan dengan gangguan tersebut, 3) gangguan diyakini sebagai akibat dari suatu pemicu tertentu oleh kebudayaan tersebut, dan 4) kasus tentang gangguan terjadi lebih banyak di kebudayaan yang diasosiasikan daripada kebudayaan lainnya (Teo, Gaw, 2001). Sampai saat ini, hikikomori tidak dimasukkan ke dalam DSM sebagai gangguan psikologis, tapi mayoritas kasus dapat diklasifikasikan kedalam berbagai jenis gangguan lainnya yang telah tercatat dalam DSM. 

Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Katsumata (2011) tentang hikikomori, ada tujuh temuan yang diasumsikan dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab hikikomori, antara lain; 1) kesehatan mental, 2) perundungan, received democracy, atau kehidupan akademik, 3) good child identity, 4) pendidikan keterampilan komunikasi, 5) Japanese traits, ketidaksukaan individu terhadap perilaku" yang diharapkan dari mereka, 6) peran gender, dan 7) budaya kolektivis Jepang dan kebutuhannya akan individualitas (Katsumata, 2011). 

Hikikomori merupakan salah satu culture-bound syndrome yang unik kepada kebudayaan Jepang. Tidak banyak culture-bound syndrome lainnya yang teridentifikasi, contoh lain misalnya dhat syndrome di India, latah di Asia Tenggara, dan ghost sickness di Amerika. Hikikomori oleh ilmu psikologi tidak secara khusus diidentifikasi kedalam gangguan tertentu, melainkan banyak kasus hikikomori yang dapat dirujuk ke gangguan-gangguan tertentu seperti sindrom Asperger atau agoraphobia. 

Meskipun didefinisikan sebagai fenomena yang mengganggu aktivitas akademik dan aktivitas sehari-hari, tidak sedikit hikikomori yang mampu memiliki pekerjaan dan menciptakan hasil kerja yang berkualitas. Pekerjaan yang identik dengan hikikomori di Jepang seperti manga artist, programmer, atau penulis novel. Salah satu hikikomori yang juga penulis novel dan manga populer, Welcome to NHK, Tatsuhiko Takimoto, karyanya telah didistribusikan ke penjuru dunia dan diadaptasi ke layar hiburan. (AR) 


Referensi

Itou J. (2003). Shakaiteki Hikikomori Wo Meguru Tiiki Seisin Hoken Katudou No Guide-line (Guideline on Mental Health Activities in Communities for Social Withdrawal)." Tokyo: Ministry of Health, Labor, and Welfare. 

Katsumata M. (2011). Hikikomori: A Qualitative Study on Social Withdrawal of Japanese Adolescents. 

Teo AR, Gaw A. (2010). Hikikomori, a Japanese Culture-Bound Syndrome of Social Withdrawal? A Proposal for DSM-5." Journal of Nervous and Mental Disease 198(6): 444–449.

Posting Komentar