Sumber: www.freepik.com

Pernahkah ketemu orang normal? Apakah menyenangkan? Begitulah tulisan yang terpampang di sebuah Pusat Rehabilitasi Penyandang Disabilitas (cacat). Tulisan tersebut bukan hanya tanpa tujuan, tapi ditulis bagi penyandang disabilitas untuk mampu hidup harmonis dengan kondisi yang dialami. Penyandang disabilitas biasanya mengalami berbagai keterbatasan dalam menjalankan fungsi sosialnya.

Umumnya mereka melakukan komparasi sosial dengan orang lain yang tidak mengalami disabilitas. Komparasi sosial ini menyebabkan penyandang disabilitas merasa dirinya tidak beruntung, hidup tak adil, membuat mereka terpuruk menolak kondisi yang dialami. Setiap kali berteu dengan orang normal, mereka selalu melakukan komparasi sosial sehingga muncul pertanyaan pernahkah ketemu orang normal? Apakah menyenangkan? Umunya dari mereka menjawab tidak menyenangkan.

Itulah gambaran awal penyandang disabilitas yang masih berada pada fase denial (penolakan) dengan kondisi disabilitas yang dialami. Namun, hidup harus terus berjalan berputus asa dan terpuruk karena komparasi sosial dengan orang yang tidak mengalami disabilitas tidak akan menyelsaikan permasalahan yang dialami. Para penyandang disabilitas harus mampu hidup mandiri, menyelesaikan masalah hidup yang dialami, mengerjakan kegiatan hidup yang menjadi tanggungjawabnya dan mampu mengurus diri sendiri. Tepatnya, mereka harus hidup harmonis dengan disabilitas yang dialami.

Kuncinya adalah kemauan dan usaha, mereka memiliki kemauan mengikuti rehabilitasi fisik, psikososial dan ekonomi. Rehabilitasi fisik bertujuan untuk membuat bagian tubuh yang mengalami disabilitas tidakmakin melemah karena fungsinya menopang fungsi bagian tubuh lainnya sehingga bagian tubuh yang lain dapat berfungsi menggantikan bagian tubuh yang mengalami disabilitas. Psikososial, mereka berusaha membenahi kondisi psikologis sehingga tidak secara terus-menerus terpuruk, mereka berinteraksi dengan orang normal tanpa melakukan komparasi social secara berlebihan, belajar berinteraksi dengan orangnormal secara mutualisme sehingga merasa adanya equity.

Penyandang disabilitas belajar tidak tergantung kepada orang lain. Ekonomi, para penyandang disabilitas mengeksplorasi potensi-potensi diri yangdimiliki sehingga dapat dikembangkan dalam konteks kerja untuk menopang kehidupan ekonomi secara mandiri. Kemandirian secara fisik, sosial, dan ekonomi secara tidak langsung membuat fungsi mereka dalam kehidupan sehari-harimenjadi lebih harmonis.

Sumber: Universitas Surabaya. 2016. Belajar hidup harmonis dari penyandang disabilitas. http://www.ubaya.ac.id/2014/content/artices_detail/11Hidup-Harmonis-Dari-Penyandang-Disabilitas.html.



Posting Komentar