Ilustrasi belajar
Sumber: liputan6.com

Psikogenesis, Senin (30/10)-Tidak dapat dimungkiri, setiap individu mengalami stres kehidupan yang bersumber dari peristiwa yang dialami maupun aktivitas sehari-hari. Kendati demikian, setiap individu pun memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengelola stres tersebut. Apabila pengelolaan stres yang dilakukan mengarah pada hal yang positif, tentu akan menghasilkan produktivitas. Sebaliknya, apabila mengarah pada hal yang negatif, individu kemungkinan akan mengalami gangguan pada kesehatan mentalnya.

Semakin memasuki tahap pendewasaan diri, individu akan mengemban tanggung jawab yang lebih besar dalam kehidupannya. Hal tersebut berlaku pula ketika individu menjadi mahasiswa. Ia akan dihadapkan dengan tuntutan tugas yang lebih berat dibandingkan sebelumnya. Sehingga, ketika mahasiswa tersebut tidak mampu mengelola tekanan yang dihadapi dengan baik, secara tidak langsung akan berimbas pada kondisi fisik dan mentalnya.

Asri Rahmatullah, mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) angkatan 2013 mengungkapkan bahwa timbulnya stres dipengaruhi oleh tugas yang memerlukan banyak biaya, tenaga, dan waktu dengan hasil yang tidak seberapa. “Karena ceritanya semua mata kuliah sederajat ji nilainya,” jelasnya.

Mahasiswa yang kerap disapa Asri ini mengaku bahwa hal lain yang turut mengganggu kesehatan mentalnya secara pribadi yaitu ketika minat berpetualang yang disalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dihambat oleh pihak fakultas yang sulit dalam memberi izin berkegiatan. “Istilahnya, jalan yang saya mau tempuh untuk hilangkan stres, menyegarkan kepala selama di kampus itu tidak terlaksana ki karena sulit dapat izin,” ungkapnya.

Pandangan berbeda justru diberikan oleh Sulnira Bagenda selaku mahasiswi angkatan 2014. Ia menjelaskan bahwa perkembangan kesehatan mentalnya menjadi lebih baik selama berkuliah di FPsi UNM. Ia menilai, sewaktu Sekolah Menengah Atas (SMA) belum terlalu banyak tekanan dan pengalaman yang diberikan sehingga masih labil dibandingkan ketika telah berkuliah di Psikologi. “Otomatis itu mental ta yang awalnya kayak shock ki tapi justru juga na buat ki mental ta jauh lebih berkembang,” ujarnya.

Lebih jauh, mahasiswi yang akrab disapa Atun ini menjelaskan bahwa perkembangan kesehatan mental yang ia rasakan diakibatkan oleh tekanan tugas dan organisasi selama berkuliah di FPsi UNM. Mengaitkan pengalamannya dengan social learning theory, ia mengaku ada banyak hal yang telah ia pelajari. “Selama kuliah di Psikologi dengan tekanan-tekanan tugasnya, sama ji kayak berobat jalan ki di sini,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Sitti Murdiana selaku Dosen Psikologi Klinis FPsi UNM memandang bahwa kesehatan mental tidak hanya sebatas stres akademik saja, tetapi lebih dalam dari hal tersebut. Kesehatan mental biasanya muncul dari tekanan bertubi-tubi secara emosional dengan adanya tekanan dari rumah maupun lingkungan sekitarnya. “Kemudian dia mengalami gangguan pada kesehatan mental,” tandasnya.

Namun, apabila stres tersebut disebabkan oleh tugas, maka yang disasar adalah area kognitif individu. Dan apabila tugas tersebut disertai dengan tekanan dari berbagai pihak, semisal oleh orang tua atau teman sesama tim yang tidak dapat diajak bekerja sama, hal tersebut akan menyebabkan tekanan mental yang berimbas pada terganggunya kesehatan mental mahasiswa.

Lebih jauh, ia menambahkan bahwa terdapat beberapa cara untuk mengelola kesehatan mental yang baik untuk mahasiswa, yaitu mengontrol hubungan yang terjalin dengan orang tua dan lingkungannya tetap kondusif. “Artinya, tidak ada konflik dengan orang tua, teman, tidak ada tekanan yang membuat dia bisa down dan seterusnya,” tambahnya.

Selain itu, mahasiswa juga harus mampu mengantisipasi tugas yang banyak serta mampu menghadapi perkuliahan di Psikologi yang berat, dengan cara membuat lingkungan keluarga dan pertemanan mengerti akan kondisi dan posisi mahasiswa tersebut. “Itu sebenarnya salah satu bagaimana menghindari dia tidak mengalami gangguan mental,” imbuhnya.

Menurut dosen yang akrab disapa Diana ini, mengatur waktu untuk refreshing dan belajar juga penting untuk dilakukan, sehingga tanggung jawabnya tetap berjalan, namun tidak melupakan hal-hal yang bersifat refreshing. “Supaya dia bisa lebih rileks menghadapi kuliah,” tegasnya.(NRL/SZ).

Posting Komentar