Ilustrasi Psikologika "Bukan IQ maupun EQ, tapi Adversity Quotient, Kecerdasan yang Mampu Membuatmu Bertahan".
Sumber: Pinterest

Seringkali kita mendengar tentang Intelligence Quotient (IQ) ataupun Emotional Quotient (EQ), tapi pernah tidak sih kamu mendengar tentang Adversity Quotient (AQ)? Apa sih itu AQ? Bagaimana gambarannya? Apakah penting? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, simak penjelasan di bawah ini yahh.

Stoltz (2000) mengemukakan bahwa Adversity Quotient merupakan kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulian tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. 

Lalu, apa saja sih dimensi dalam Adversity Quotient?

Ada empat dimensi dalam Adversity Quotient, antara lain:

1. Control (C)

C adalah kendali berkaitan dengan seberapa besar orang mampu mengendalikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dan sejauh mana individu merasakan bahwa kendali ikut berperan dalam peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Semakin besar kendali yang dilakukan individu maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan dan tetap teguh dalam niat serta ulet dalam mencari penyelesaian atas kesulitan yang menghadangnya. 

2. Origin dan Ownership (O2)

Origin (asal-usul) dengan Ownership (pengakuan), menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memandang sumber masalah yang ada. Sejauh mana seseorang mempermasalahkan dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauh mana seseorang mempermasalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Rasa bersalah yang tepat akan menggugah seseorang untuk bertindak sedangkan rasa bersalah yang terlampau besar akan menciptakan kelumpuhan. Ownership menjelaskan sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atau kesalahan atau kegagalan tersebut.

3. Reach (R)

Reach menjelaskan sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan seseorang. Semakin besar R seseorang maka semakin besar kemungkinan seseorang membatasi jangkauan masalahnya pada suatu peristiwa yang sedang ia dihadapi begitupun sebaliknya.

4. Endurance (E)

E atau Endurance (daya tahan) menjelaskan tentang penilaian tentang situasi yang baik atau yang buruk. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang tinggi akan memiliki harapan dan sikap optimis dalam mengatasi kesulitan atau tantangan yang dihadapi. Semakin tinggi daya tahan yang dimiliki individu, maka semakin besar kemungkinan seseorang dalam memandang kesuksesan sebagai sesuatu hal yang bersifat sementara dan orang yang memiliki adversity quotient yang rendah akan menganggap bahwa kesulitan yang sedang dihadapi adalah sesuatu yang bersifat abadi, dan sulit untuk diperbaiki.

Berdasarkan dimensi-dimensi tersebut, ternyata AQ ini dapat dibedakan menjadi tiga level tingkatan AQ loh.

1. Quitters, mereka yang berhenti adalah seseorang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti apabila menghadapi kesulitan. orang-orang jenis ini berhenti di tengah proses pendakian, gampang putus asa. Orang yang seperti ini akan banyak kehilangan kesempatan berharga dalam kehidupan. 

2. Campers atau satis-ficer (dari kata satisfied = puas dan suffice = mencukupi). Golongan ini puas dengan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri. Kelompok ini juga tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh ketakutan dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan. Campers setidaknya telah melangkah dan menanggapi tantangan, tetapi setelah mencapai tahap tertentu, campers berhenti meskipun masih ada kesempatan untuk lebih berkembang lagi.

3. Climbers atau si pendaki adalah individu yang melakukan usaha sepanjang hidupnya. Tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan kerugian, nasib baik maupun buruk, individu dengan tipe ini akan terus berusaha. Climbers adalah tipe manusia yang berjuang seumur hidup, tidak perduli sebesar apapun kesulitan yang datang. Climbers tidak dikendalikan oleh lingkungan, tetapi dengan berbagai kreatifitasnya tipe ini berusaha mengendalikan lingkungannya. Climbers akan selalu memikirkan berbagai alternatif permasalahan dan menganggap kesulitan dan rintangan yang ada justru menjadi peluang untuk lebih maju, berkembang, dan mempelajari lebih banyak lagi tentang kesulitan hidup. Tipe ini akan selalu siap menghadapi berbagai rintangan dan menyukai tantangan yang diakibatkan oleh adanya perubahan perubahan.

Nahh, melihat ketiga tingkatan level AQ beserta empat dimensinya, menurutmu, kamu masuk kategori level mana nihh?? (ARB)


Referensi:

Hidayati, K. B., & Farid, M. (2016). Konsep diri, adversity quotient dan penyesuaian diri pada remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 5(02).

Novilita, H., & Suharnan, S. (2013). Konsep diri adversity quotient dan kemandirian belajar siswa. Jurnal Psikologi Tabularasa, 8(1).

Stoltz, P. G. (1997). Adversity quotient: Turning obstacles into opportunities. John Wiley & Sons.

Stoltz, P. G. (2000). Adversity quotient. Work. Newyork: Harper Collins.

Posting Komentar