Poster Film “The Boy in the Striped Pajamas”.
Sumber : Pinterest

The Boy in The Striped Pajamas menjadi kisah pilu atas persahabatan yang terbentuk diantara anak seorang Nazi dan anak seorang Yahudi. Film ini merupakan karya dari sutradara Mark Herman pada tahun 2008 yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama.

Film ini mengambil latar pada jaman perang dunia kedua yang menyoroti kekejaman Nazi saat melakukan genosida di kamp Yahudi Eropa. Kengerian tersebut kemudian diceritakan melalui sudut pandang dua anak laki-laki bernama Bruno, putra perwira Nazi yang diperankan Asa Butterfly, dan Shmuel, tahanan Yahudi yang diperankan Jack Scanlon.

Awal kisah, keluarga Bruno yang harus pindah di sekitar kamp Yahudi Eropa tanpa tetangga dikarenakan ayah Bruno yang dipindah tugaskan untuk mengawasi kamp tersebut. Konflik pun dimulai ketika Bruno yang bosan dengan kesendiriannya memutuskan untuk mengunjungi kamp konsentrasi tanpa sepengetahuan orang tuanya. Bruno kemudian bertemu seorang anak Yahudi yaitu Shmuel. Pertemuan keduanya pun membuat mereka menjadi sahabat. Namun tentu saja, konflik selalu muncul akibat Shmuel yang merupakan seorang yahudi sementara Bruno merupakan seorang Nazi.

Film ini benar benar berhasil menguras air mata penonton dengan kisah persahabatan yang sulit terrealisasikan dan ending yang menyakitkan. Drama yang diberikan cukup intens sehingga menambah ketegangan dalam ceritanya. Film ini juga berhasil mendikte penonton akan kejamnya perang yang ditampilkan dalam sudut pandang anak-anak. Sinematografi dalam film ini pula mampu memanjakan mata para penontonnya. Film ini berhasil mendapatkan ulasan positif di IMDb dengan peringkat 7,7/10 dan dapat disaksikan di Netflix tetapi hanya tersedia di beberapa negara saja sehingga sulit untuk mendapatkannya. (RBN)

Posting Komentar