Mr. Bam Mempersembahkan Puisi "Predator Seksual" dalam Rangkaian Harla ke-22 FPsi UNM.
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Aku, dua bersaudara, seorang lelaki yang memiliki adik perempuan.

Adikku seorang mahasiswi, di universitas yang ‘katanya’ ternama.

Adikku seorang periang, namun itu dulu.

Adikku sangat ceria, namun belakangan tidak.

Bersosialisasi, ia sangat hebat.

Namun kini, bahkan di depan keluarga, ia tidak bersahabat.

Oh, Astuti! Mata tajammu yang tampak basah tiap harinya, bukan karena takut seseorang, kan?

Oh, Astuti! Lebam dan nyeri di sekujur tubuhmu, bukan karena kau melawan saat ia memaksamu, kan?

Oh, Astuti! Biru kelabu bengkak bibirmu, bukan karena si bejat memaksa menciummu, kan?

Wahai kawanku, aku kenal adikmu, Astuti.

Beberapa hari yang lalu, ia mendatangiku.

Dengan suara rintih dan gemetar sekujur tubuhnya, ia bercerita.

Menceritakan kejadian yang ia alami.

Singkatnya, itu benar, ia telah dilecehkan.

Pria berdasi, juga beristri, namun ia mengajak adikmu berhubungan pasutri.

Ia seorang pengajar,seorang yang tentunya terpelajar. Sayang, tindakannya sungguh kurang ajar.

Awal cerita, ia menyusuri gedung lantai atas.

Langkahnya pasti meski ada rasa cemas.

Pikirannya lebih terisi dengan pertanyaan seputar skripsi,

Namun, alih-alih ditanya seputar skripsi, takdir buruk lebih mendominasi.

Di ruang itu, seorang pria yang katanya berdasi,

Melakukan tindakan eksplorasi; sentuh sana, sentuh sini.

Ruangan kecil berukuran 3x4 meter, menjadi saksi.

Katanya, tempat edukasi, tapi malah menyalurkan fantasi,

Seorang predator sedang beraksi kotor.

Bangsat! Jadi itu yang terjadi?

Katanya mengajarkan moral, tapi tindakannya sungguh tak bermoral!

Katanya menjadi panutan, tapi tindakannya sungguh bisa dilayangkan tuntutan!

Oh, Astuti… Adikku tersayang, kasihanlah engkau.

Dia lecehkan pria tua yang tak ada gagah-gagahnya.

Lebih baik ku jodohkan kau dengan pria kompleks sebelah,

Dia kekasihmu yang kerja tak kenal lelah.

Siapa tau, dengan engkau disana, anggaran desa tak dipotong semena-mena….

Wahai kawanku, ayo kita laporkan ini!

Bajingan itu harus ditangkap, harus diadili, bahkan dikebiri!

Siapa setuju? Angkat tangannya!

Aduh kawanku, kau seakan tak tahu betapa bejatnya orang yang memegang jabatan demokratis.

Jangan sekali-kali, kau melaporkan, nyawamu taruhannya.

Persetan, kekerasan seksual harus dihentikan!

Sial! Sudah kukatakan, nyawamu akan melayang!

Tolong siapapun, tolong!

Tolong!

Wahai kawanku, saudaraku, tapi jangan biarkan kebenaran ini mati disini!

Selamatkan ia, selamatkan adikku dan para penyintas lainnya!


-Mr.Bam

Makassar, 03 Juni 2022

Dibacakan pada Perayaan Hari Lahir Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar.

Posting Komentar