Prosesi pelepasan jas almamater angkatan 2016 (Psystem) oleh Kemendiklat BEM Kema FPsi UNM periode 2016-2017 di aula MTM FPsi UNM
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Kamis (26/10)-Sudah menjadi budaya bagi Mahasiswa Baru (Maba) 2017 Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) untuk mengenakan jas almamater ketika berada dalam lingkup Universitas sebagai bentuk upaya penanaman nilai-nilai almamater UNM kepada Maba.

Akhir-akhir ini, nampaknya beberapa Maba tak mengindahkan aturan tersebut. Maba kerap kali dijumpai tak mengenakan jas almamater seperti di ruang perkuliahan, kantin, pelataran Pinisi UNM dan di beberapa tempat lainnya di lingkungan kampus. 

Padahal, aturan pemakaian jas almamater telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Pelatihan (Kemendiklat) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) FPsi UNM dan telah disepakati bersama dengan Maba. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Putra dan Putri Real 2017 di Gedung Amanagappa UNM pada Minggu (27/08) lalu. Maka, seyogianya Maba haruslah menjalankan kesepakatan  tersebut. 

Aviva R Scholten, Putri Real 2017 mengaku bahwa ia telah menandatangani MoU sebagai bentuk kesepakatan bersama Maba 2017 dan Kemendiklat dengan alasan agar memudahkan mereka dikenali sebagai Maba FPsi UNM oleh Kema. Namun, tak dapat dipungkiri ada beberapa Maba yang tidak menyetujuinya. "Tidak bisa dipungkiri pasti ada," akunya.

Lebih lanjut, Aviva menuturkan bahwa alasan mereka melanggar aturan pemakaian jas almamater adalah tak lazim jika jas almamater digunakan setiap hari hanya sebagai penanda bahwa orang yang memakainya masih berstatus Maba. "Jas almamater itu hanya digunakan pada acara sakral," tuturnya.

Alasan lain muncul bahwa hawa panaslah yang membuat mereka gerah hingga terpaksa membuka jas almamater untuk mencari udara segar. Selain itu, saat ini mulai memasuki musim penghujan sehingga jas almamater yang basah karena dicuci atau kehujanan juga menjadi alasannya. "Karena sekarang juga lagi musim hujan dan biasa jas almamaternya basah atau dicuci," ungkap mahasisiwi angkatan 2017 ini.

Aviva sendiri mengaku telah mengingatkan teman-temannya untuk mengenakan jas almamater sesuai aturan yang telah disepakati bersama. "Saya sapa ji dulu baik-baik baru saya kasihkan kode untuk pake jasnya. Tapi kalau tidak na pake ki, bakalan saya tanya ki apa kendalanya baru nanti saya sampaikan ke kemendiklat," tuturnya.

Resqy Amaliah, Mendiklat BEM Kema FPsi UNM mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memberikan toleransi kepada Maba untuk dapat membuka jas almamater dengan syarat kondisi  ruangan yang memang tidak kondusif dan atas izin dosen yang mengajar. Terkhusus kepada Maba yang mengikuti kelas perkuliahan di Perpustakaan Umum UNM, mereka boleh melepas jas almamater dalam ruangan meskipun tidak ada intruksi dari dosen karena suhu ruangan yang memang panas. "Diluar dari toleransi yang disebutkan tadi, jika ada yang buka itu merupakan suatu pelanggaran," ungkap mahasiswi yang akrab disapa Kiki ini.

Kiki sendiri mengaku selalu melakukan evaluasi, sosialisasi dan mengingatkan Maba agar mematuhi aturan yang telah sepakati. "Sekarang lagi cari metode baru bagaimana untuk tetap mendisiplinkan mereka," pungkasnya. (ASM)

Posting Komentar