Ruang Refleksi dengan tema "Learning by Reflecting and Sharing Your Mind" yang diselenggarakan oleh Halo Jiwa dalam rangka Halo Jiwa "Make it Better" Project 2019 di Panti Asuhan Bustanul Islamiyah pada Minggu (27/10).
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Senin (28/10)-Komunitas Halo Jiwa menyelenggarakan kegiatan bernama Ruang Refleksi dengan tema “Learning by Reflecting and Sharing Your Mind” dalam rangka event Halo Jiwa “Make it BetterProject 2019 di Panti Asuhan Busnatul Islamiyah pada Minggu (27/10).

Ruang Refleksi bertujuan untuk mendampingi para remaja dalam mengenali kesehatan mental, isu-isu yang terkait dan cara merawatnya. 

Afga Yudistikhar sebagai Koordinator Lapangan dalam Ruang Refleksi mengungkapkan bahwa remaja perlu didampingi lebih dalam mengenali kesehatan mental karena sedang berada dalam fase yang labil secara emosi. 

“Apalagi kan kalau di remaja itu secara teori kan dijelaskan kalau memang pada fase yang labilnya secara emosi, makanya perlu pendampingan lebih terhadap remaja begitu. Untuk lebih concern terhadap remaja untuk lebih dini memahami kesehatan mental itu seperti apa,” ungkapnya.

Afga menambahkan penjelasan bahwa Ruang Refleksi merupakan program keluaran mini project dari kegiatan Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Engage 2019 yang juga bagian dari project Halo Jiwa Make it Better. “Dari situlah diadakan konsep ini, ruang refleksi ini. Jadi berawal dari satu event kemudian diharapkan dari event itu bisa berlanjut idenya makanya dibuat konsep seperti ini ruang refleksi,” tambahnya.

Ruang Refleksi ini menargetkan remaja di panti asuhan karena anak panti tergolong spesial dan berdasarkan pertimbangan banyaknya isu yang bisa diidentifikasi pada remaja di panti asuhan meski tidak selalu isu klinis yang berbau negatif, seperti kepercayaan diri dan harga diri yang rendah. “Bisa jadi mungkin ada ditemukan justru karena kondisinya seperti itu yang spesial itu justru mereka mungkin lebih mandiri, karena kan sudah terbiasa, dibiasakan begitu. Otonomi dirinya itu lebih baik dibandingkan remaja pada umumnya, bisa jadi seperti itu," jelasnya.

Ia melanjutkan, apabila terdapat isu-isu, seperti harga diri yang rendah teridentifikasi, hal itulah yang menjadi pertimbangan komunitas Halo Jiwa untuk menjadikan anak panti asuhan sebagai fokus untuk mengenalkan kesehatan mental. Sehingga, ketika anak panti asuhan merasa ada yang berbeda dengan dirinya atau mengalami kondisi yang kurang sehat mental, anak panti asuhan dapat lebih sadar akan hal tersebut.

"Oh, ini saya lagi butuh cerita ke orang lain begitu, lagi butuh psikolog begitu, mungkin sampai butuh psikolognya atau butuh profesional mungkin nda sampai seperti itu tapi setidaknya mereka bisa lebih mengenali emosinya seperti apa,” jelas Afga.

Mahasiswa angkatan 2015 ini juga menyebutkan, setelah pemberian Ruang Refleksi dan asesmen berupa pre-test, pihak komunitas Halo Jiwa akan kembali ke Panti Asuhan Busnatul Islamiyah untuk memberikan post-test guna melihat perubahan yang terjadi setelah diberikan kegiatan ini. "Apakah post-test nya menunjukkan yang lebih baik atau justru hasilnya sama atau lebih rendah itu gimana. Itu juga jadi umpan balik buat kami untuk mengembangkan kegiatan yang sama kedepannya," jelasnya.

Berbeda dengan pihak panti asuhan, pihak panti asuhan menginginkan agar kegiatan ini berlanjut setiap bulannya untuk memberikan pendampingan-pendampingan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mental. “Dan itu masih dipertimbangkan sama pihak pantinya,” imbuhnya.

Lebih Jauh, Afga yang juga merupakan Pengurus Divisi Pengembangan dan Penelitian dalam Komunitas Halo Jiwa ini tidak ingin berharap banyak pada kegiatan ini. Ia hanya berharap agar remaja di Panti Asuhan Busnatul Islamiyah mengetahui tentang kesehatan mental dan cara merawatnya. “Hanya sebatas itu saja itu saya rasa sudah luar biasa untuk kegiatan yang tidak seintens itu,” tandasnya. (ANS)

Posting Komentar