Laman resmi Kampus Merdeka Kemendikbudristek RI.
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Kamis (09/12)- Kampus Mengajar (KM) yang merupakan salah satu program unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia (RI) diketahui saat ini membuka pendaftaran peserta untuk angkatan tiga. 

Pendaftaran ini diketahui akan dibuka hingga Jumat (10/12) mendatang. Dari kegiatan Kampus Mengajar ini, terdapat sejumlah kesan menarik yang disampaikan oleh alumni relawan Kampus Mengajar angkatan dua. 

Milenia Irhan Nur Fitri, merupakan mahasiswa angkatan 2018 yang tergabung menjadi relawan Kampus Mengajar angkata dua. Leni menyampaikan jika ekspektasi yang sebelumnya ia pikirkan dan realita yang ia rasakan sangat berbeda jauh selama menjadi relawan Kampus Mengajar. 

“Awalnya saya membayangkan di KM (baca: kampus mengajar) 2 itu bakalan hectic (baca: sibuk) sekali ka, terus juga kayak nda punya ka arah dan tujuan bakalan ngapain nanti di sekolah. Tapi ternyata banyak sekali yang bisa dilakukan termasuk peningkatan literasi dan numerasi, adaptasi teknologi apalagi yang memang pertama ku masuk saya temukan banyak dari mereka yang sama sekali kesulitan dalam belajar dan pasti tidak bisa pahami materi yang disampaikan gurunya karena tidak tahu membaca bahkan ada yg belum mengenal huruf dan angka sama sekali padahal sudah kelas 2,” ujarnya. 

Leni juga menambahkan jika selama mengikuti kegiatan KM ia mampu mendalami peran seorang guru yang selain harus mampu memberikan ilmu pengetahuan kepada murid juga harus mampu menanamkan nilai moral serta mengakomodir anak dengan karakter yang berbeda-beda. 

“Mungkin ekspektasinya orang dengan kampus mengajar itu hanya mengajar saja, bagaimana kasih materi di papan tulis. Tapi, lebih luas dari itu, disini bisa ki aplikasikan ilmu psikologi yang sudah didapat. Misalnya, need assessment (baca: asesmen kebutuhan) ke stakeholder (baca: pemangku kebijakan) sekolah terus buat psikoedukasi,” jelasnya. 

Mahasiswa angkatan 2018 ini menyampaikan jika hal lain yang ia peroleh selain pengalaman selama mengikuti kegiatan Kampus Mengajar adalah relasi, uang saku, bantuan Uang Kuliah Tunggal yang diberikan Kemendikbudristek. 

“Relasi, dapat teman baru dari berbagai macam jurusan bahkan kampus, alhamdulillah juga keuntungan lain itu uang saku perbulan, sama insya Allah bantuan UKT (dengan jumlah yang ditentukan),” jelasnya. 

Selanjutnya, Leni mendorong kepada para mahasiswa Psikologi untuk ikut mendaftar menjadi peserta relawan Kampus Mengajar angkatan tiga dikarenakan mampu memberikan banyak keuntungan bagi mereka yang ikut dan menghiraukan segala asumsi yang dipikirkan terkait kemampuan mengajar yang dimiliki. 

“Pesannya sih mungkin lebih ke saran apalagi untuk adik-adik yang masih semester 5, saran ku sih kalau bisa ikut, selagi ada kesempatan bagus buat diikuti, apalagi ini kampus mengajar banyak sekali pengalaman yang bisa didapatkan, tidak hanya pengalaman, ada keuntungan dari segi finansial juga,” ungkapnya. 

Akhir kata, Leni mengharapkan agar proses rekognisi mata kuliah dapat dikomunikasikan kepada seluruh dosen sehingga syarat dan prosedur rekognisi jelas dan tidak merugikan mahasiswa peserta yang mengikuti kegiatan Kampus Mengajar seperti yang ia alami. 

“Dan harapanku semoga prosedur rekognisinya juga dikomunikasikan dengan baik ke dosen pengampu supaya lebih mendapat kejelasan dan kepastian, yah itu juga yang jadi tantangan buat saya sih, yang awalnya banyak mau direkognisi tapi nda jadi, mana lagi fullday (baca: sepanjang hari) ka di sekolah tiap Senin-Jumat sambil ku jalankan kuliah ku,” tutupnya. (EHRE)

Posting Komentar