Ilustrasi Psikologika "Dia Tidak Salah, Saya yang Salah. Mengenal Perilaku Self-Blaming".
Sumber: Pinterest

Sesuatu tidak selalu berjalan sesuai rencana, apabila sesuatu itu gagal banyak faktor yang dapat menjadi penyebabnya. Namun, mengapa terkadang ada beberapa orang yang menyalahkan dirinya atas kegagalan tersebut? Kita ambil sebuah contoh, ketika anda bekerja dalam sebuah kelompok yang di dalamnya terdapat satu atau dua anggota yang kurang aktif dan berakhir menjadi penyebab kegagalan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu. Alih-alih menyalahkan orang yang kurang aktif, Anda justru menyalahkan diri sendiri karena gagal mengkoordinasi anggota yang kurang aktif. Perilaku ini di dalam psikologi akrab disebut dengan perilaku "Self-blaming".

Self-blaming merupakan cara untuk menghadapi masalah dengan menyalahkan dan menghukum diri sendiri, yang disebabkan oleh rasa penyesalan terhadap kejadian yang telah terjadi (Zuama, 2011). 

Gilbert dan Procter (2006) mengungkapkan bahwa terdapat enam dimensi dari perilaku self-blaming yang diantaranya:
1. Modelling;
2. Strategi atau perilaku aman dengan orang lain yang bersifat berlawanan;
3. Rasa malu;
4. Tidak mampu menentramkan diri;
5. Tidak mampu menghibur diri ketika berada dalam ancaman;
6. Tidak mampu memproses kemarahan. 

Selain itu, seseorang yang berperilaku self-blaming bisa berdampak pada dirinya seperti munculnya perasaan rendah diri dan gangguan fisik (Iman,2009). Sobat Psikogenesis, Kita perlu tahu jika hal ini bisa saja terjadi karena beberapa faktor seperti harga diri yang rendah, pola pikir perfeksionis, trauma, atau kurangnya dukungan sosial.

Self-blaming bukanlah hal yang jarang terjadi di sekitar kita. Namun dampak yang ditimbulkan bisa merugikan diri sendiri. Maka dari itu Sobat Psikogenesis mari kita refleksi diri kita baik-baik. Apakah setiap kegagalan adalah murni dari kesalahan kita? Atau jangan-jangan kita hanya melebih-lebihkan kesalahan pada diri kita sendiri? Tetap cintai dirimu sendiri dan berusahalah yang terbaik untuk masa depan yang lebih indah. (RBN)

Referensi:
Zuama, H. . S. N. (2011). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Strategi Coping Pada Mahasiswa Angkatan 2009. Skripsi. Program Studi PG PAUD FKIP. Universitas Tadulako Kendari.

Gilbert, P., & Procter, S. (2006). Compassionate mind training for people with high shame and self-criticism: Overview and pilot study of a group therapy approach. Clinical Psychology & Psychotherapy, 13(6), 353–379.

Iman, W. (2009). Hubungan Antara Perilaku Seksual Dengan Rasa Bersalah (Guilty Feeling) Pada Remaja Di Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Posting Komentar