Ilustrasi Psikologika "Surface Acting : Senyum Karir Menurut Psikologi".
Sumber: google.com

Kamu sering dengar senyum karir? Psikologika ini buat kamu yang sering lakuin senyum karir. Untuk sobat psikogenesis yang belum tahu apa itu senyum karir, istilah ini seringkali digunakan sama pekerja kantoran saat berkomunikasi dengan rekan kerja khususnya atasan. Istilah ini juga makin merambah ke mahasiswa yang seringkali berkomunikasi dengan teman satu kampus serta Dosen. Singkatnya, mahasiswa ataupun pekerja kantoran menampilkan senyum palsu meskipun pikiran atau perasaan mereka sedang tidak baik-baik saja. Nah, istilah senyum karir ini merupakan salah satu contoh dari variabel psikologis yang seringkali disebut sebagai Surface Acting. 

Apa itu Surface Acting?

Sebelum membahas perihal surface acting, kita harus membahas perihal emotional labor terlebih dahulu. Apa sih itu emotional labor? nah emotional labor merupakan kondisi ketika individu mengelola sebuah perasaan agar dapat menampilkan ekspresi dan gestur yang dapat diamati oleh publik. Emotional labor terdiri dari dua strategi yaitu surface acting dan deep acting. Nah, kali ini kita bakalan berfokus ke surface acting aja nih.

Surface Acting merupakan kondisi dimana individu menampilkan perilaku yang berbeda dengan emosi yang sedang dirasakan (Hoschild, 1983). Selain itu, surface acting juga seringkali disebut sebagai strategi untuk menampilkan perilaku yang diharapkan organisasi guna memberikan kenyamanan bagi kedua belah pihak. Grandey (2000) mengemukakan bahwa surface acting merupakan proses penyesuaian emosi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang dapat dilihat dari jenis pekerjaan. Nah, dari definisi yang telah dijelaskan, sobat psikogenesis sudah tahu kan benang merahnya mengapa senyum karir merupakan salah satu contoh dari surface acting?.

Kenapa Harus Melakukan Surface Acting?

Bila dilihat dari pendapat beberapa ahli, surface acting memiliki beberapa faktor yang menyebabkan mengapa seseorang mau bahkan harus melakukan surface acting menurut Choi & Kim (2015). Faktor tersebut meliputi:

1. Faktor individu atau faktor yang berasal dari diri sendiri seperti rasa empati dan kondisi emosional. Contoh dari rasa empati ini misalnya ketika individu melihat orang yang terlihat kesulitan, individu cenderung akan menunjukkan rasa empati dan rasa iba terhadap orang lain dikarenakan tuntutan emosional.

2. Faktor pekerjaan. Seringkali individu dipaksa untuk melakukan surface acting dikarenakan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan individu terlihat bahagia, sabar dan ramah, contohnya yaitu Perawat, Dokter, Debt Collector, Hotelier, dan lain sebagainya. Brotheridge dan Grandey (2002) mengemukakan bahwa surface acting seringkali digunakan dikarenakan tuntutan pekerjaan.

3. Faktor organisasi. Faktor ini meliputi dukungan organisasi, dukungan sosial, tekanan kerja, serta kepuasan kerja. Terdapat beberapa karakteristik organisasi yang mengharuskan individu untuk melakukan surface acting.

Nah, jadi bisa disimpulkan bahwa terdapat beberapa momen dan beberapa pekerjaan yang memaksa individu untuk melakukan surface acting. Jadi gimana? apakah kalian salah satu orang yang pernah melakukan surface acting? (AAA)

Referensi:

Hochschild, A. R. (1983). The Managed Heart: Commercialization of Human Feeling. Berkeley, CA: University of California Press. 
      
Choi, Y. G., & Kim, K. S. (2015). A literature review of emotional labor and emotional labor strategies. Universal Journal of Management, 3(7), 283- 290.

Grandey, A. A. (2000). Emotion regulation in the workplace: A new way to conceptualize emotional labor. Journal of Occupational Health Psychology, 1, 95−110

Brotheridge, C. M & Grandey, A. A. (2002). Emotional labor and burnout: Comparing two perspective of “people work”. Journal of Vocational Behavior 60, 17-39

Posting Komentar