Ilustrasi Sastra "Telisik Rasa; Cinta dan Benci atas Pergimu--16102023".
Sumber: Pinterest

Setitik air mata jatuh di pusara Ayah.

Katanya, itu hal tabu dan Ayah akan dapat ribu siksa di sana.

Aku mengusap tiap bulir lainnya yang hendak menyusul.

Rasa rindu tak pernah usai sejak kepergian Ayah, meski raga Ayah dipeluk bumi, jiwanya telah lama mati jauh sebelum ini terjadi, dan sejujurnya yang kutangisi adalah tidak bisa lagi mengutuk Ayah karena ia sekarang benar-benar telah pergi.

Tak bisa lagi kugenggam jemarinya, tidak bisa juga kabur dari rumah dengan alasan Ayah.

Sekarang aku sendiri menghadapi rumah, kerja, keluarga, dan seluruh hal tentang dunia.

Sekarang, sisa aku yang bertanggung jawab jalankan peranmu dan rasanya jiwaku juga mati. 

Ayah, kurasa lebih baik untuk tidak mengambil peran di dunia.

Ayah, kurasa aku ingin ikut bersama raga mu.

Ayah, aku ingin bebas dan mati. 

Sepertimu.


- Rajinmtsjk 

Posting Komentar