Ilustrasi Sastra "Monolog Matcha"
Sumber: Pinterest

Kau tahu? Respon pertama dari orang-orang ketika ku sebut namamu akan rasa sukaku adalah 

"Mengapa harus dia?"

"Entahlah" itu jawabku, wajar saja, kita sangat berbeda, kita fokus pada diri masing-masing, bahkan menggunakan kata "kita" saja rasanya tidak layak.

Namun, rasa suka itu muncul begitu saja, melihat perilakumu, mengagumi sikapmu, yah walaupun memang kekurangan mu lebih banyak, tapi tenang saja, sebanyak apapun kurangmu, aku tetap suka.

Respon kedua orang-orang adalah 

"Kau pantas mendapatkan yang lebih baik"

"Dia sudah baik, dia cukup," itu reaksi ku. Aku paham, aku tidak buta, memang banyak orang yang lebih dibanding dirimu. Namun, aku menyukaimu, aku memilihmu, kau cukup, dan aku tidak memerlukan yang lebih dari cukup.

Ini reaksi terakhir yang biasanya ku dapatkan

"Apa kau benar-benar menyukainya?"

"..." Jujur, walaupun terkesan meremehkan perasaanku, namun pertanyaan tersebut seringkali membuatku merenung. Aku tidak memiliki jawaban sama sekali. Buku-buku yang menjelaskan terkait kepribadian dan hubungan hanya membuatku tambah bingung. 

"Apa permasalahannya? Kau yang memang tidak ingin berada dalam hubungan? Atau aku yang terlalu memaksa?"

Ku harap pertanyaan tersebut dapat dijawab olehmu sebagai pembaca, tulisan ini akan ku kirim kepada teman barista yang merupakan seorang jurnalis, ku dengar jurnalis tersebut sedang dalam masa bimbang untuk pindah tempat kerja, jadi tulisan ini ku buat singkat agar dapat segera diterbitkan sebelum jurnalis benar-benar berpindah tempat.

Walaupun tulisan ini singkat, aku berharap pembaca dapat menjawab pertanyaanku atau merasakan hal yang sama dengan monologku, agar aku tidak sendirian. Jika ternyata kau menjadi salah satu pembaca dan mengerti perasaanku setelah membaca tulisan ini, maka tujuan dari tulisan ini tertuntaskan.

Tertanda Matcha.

-Oleh Butterfly

Posting Komentar