Ilustrasi Psikogika "Menyelami Inferiority Complex dengan Teori Alfred Adler".
Sumber: Pinterest

Introduction

Alfred Adler merupakan tokoh yang pertama memperkenalkan istilah Inferiority Complex. Alfred adler, seorang Psikolog beraliran psikoanalisis asal Austria yang terkenal dengan teori psikologi individual. Inferiority Complex dikembangkan sebagai bagian penting dari pemahaman terkait perkembangan kepribadian. 

Dalam masa kecil Adler mengalami berbagai masalah, ia pernah merasakan kondisi yang tidak berdaya dalam berhadapan dengan kematian. Hal tersebut yang menjadi latar belakang Adler mengembangkan konsep Inferiority Complex

Sebelum lanjut ke Inferiority Complex, kita harus mengatahui terkait Inferiority. Dalam Oxford Dictionary Inferiority adalah the condition of being lower in status or quality than another or others. Dalam Bahasa Indonesia berarti kondisi status atau kualitasnya lebih rendah daripada yang lain atau yang lainnya.

Inferiority Complex Concept

Konsep Inferiority Complex berkembang beriringan dengan usia Adler yang semakin bertambah. Saat awal Adler mengatakan perasaaan Inferiority berakar pada kecatatan organ fisik yang disebut Organ Inferiority/Inferior Organ. Setiap orang memiliki Organ Inferior beberapa dari individu terlahir dengan murmur jantung, atau mengalami masalah jantung sejak dini; Beberapa memiliki paru-paru, atau ginjal yang lemah, atau masalah hati dini; Beberapa dari individu gagap atau cadel; Beberapa menderita diabetes, atau asma, atau polio; Ada yang mempunyai mata lemah, pendengaran buruk, atau otot buruk; Beberapa dari individu memiliki kecenderungan bawaan untuk menjadi berat, yang lain memiliki kecenderungan untuk menjadi kurus; Ada di antara individu yang terbelakang, ada pula yang cacat; Beberapa dari individu bertubuh sangat tinggi atau sangat pendek; dan seterusnya. 

Perlahan, Adler mulai lebih menekankan sisi psikologi bahwa persepsi individu terkait Organ Inferiority yang menyebabkan Inferiority. Individu merespon Inferiority dengan menutupi kekurangan mereka dengan beberapa cara yang baik disebut Compensation.

Individu melakukan Compensation dengan beberapa cara. Organ Inferior dapat menjadi kuat jika seseorang berhasil melakukan Compensation. Bahkan Organ Inferior dapat menjadi jauh lebih kuat dibanding yang lain, hal ini disebut Overcompensation. Misalnya individu yang gagap dalam berbicara belajar cara ahli dalam public speaking sebagai bentuk Compensation, hal ini yang menjadi basis karirnya nantinya. Jika nantinya ia menjadi speech therapist, orator, atau actor individu tersebut bisa melakukan Overcompensation terhadap perasaan inferior yang dimilikinya.

Individu yang tidak dapat mengatasi Inferiority mereka akan dibanjiri perasaan Inferior. Hal tersebut yang membuat individu mengembangkan Inferiority Complex.

Inferiority Complex Effect

Masyarakat mempunyai Inferiority psikologis, beberapa dari kita diberitahu bahwa kita bodoh, jelek, atau lemah. Beberapa di antara kita jadi percaya bahwa kita memang tidak baik. Di sekolah, kita diuji berkali-kali, dan diberi nilai yang menunjukkan bahwa kita tidak sebaik orang lain. Atau kita direndahkan karena jerawat atau postur tubuh kita yang buruk dan mendapati diri kita tidak memiliki teman atau teman kencan. Atau kita dipaksa mengikuti pertandingan bola basket, di mana kita menunggu untuk melihat tim mana yang akan bertahan bersama kita. Dalam contoh-contoh ini, yang dimaksud bukanlah inferioritas organ yang sebenarnya – kita tidak terbelakang atau cacat atau lemah – namun kita belajar untuk percaya bahwa kita memang terbelakang. Sekali lagi, ada yang memberikan kompensasi dengan menjadi ahli dalam hal yang membuat kita merasa rendah diri. Lebih banyak orang memberikan kompensasi dengan menjadi ahli dalam hal lain, namun tetap mempertahankan rasa rendah diri. Dan ada pula yang tidak pernah mengembangkan harga diri sama sekali.

Salah satu Inferioty Complex yang dapat di potret di pendidikan, yakni jika kamu bukan orang yang bureng (buru rangking), kamu mungkin memiliki salah satu Inferiority Complex paling umum yang pernah ada "Math fobia!" Mungkin ini bermula karena kamu tidak pernah ingat berapa tujuh kali delapan. Setiap tahun, ada beberapa topik yang tidak pernah Anda pahami. Setiap tahun, kamu semakin tertinggal. Dan kemudian Anda mencapai titik krisis: Aljabar. Bagaimana kamu bisa diharapkan mengetahui apa itu "x" padahal kamu masih belum mengetahui apa itu tujuh kali delapan? 

Banyak sekali orang yang benar-benar percaya bahwa mereka tidak ditakdirkan untuk matematika, bahwa mereka kehilangan bagian otak mereka atau semacamnya. Saya ingin memberi tahu kamu di sini dan saat ini bahwa siapa pun dapat mengerjakan matematika, jika mereka diajarkan dengan benar dan ketika mereka siap. Selain itu, kamu pasti bertanya-tanya berapa banyak orang yang berhenti menjadi ilmuwan, guru, pebisnis, atau bahkan kuliah, karena Inferiority Complex.

Inferiority Complex bukan masalah sepele, hal ini dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Individu dapat menjadi pemalu dan penakut, tidak percaya diri, bimbang, pengecut, patuh, patuh, dan sebagainya. Individu mulai mengandalkan orang lain untuk mendukung dirinya, bahkan memanipulasi mereka untuk mendukung dirinya: "Kamu pikir saya pintar/cantik/kuat/seksi/baik, bukan?" Pada akhirnya, dirinya akan menjadi sia-sia. Tak seorang pun dapat menahan semua keluh kesah egois itu dalam waktu lama!

Terdapat respon lain terhadap rasa inferior selain Compensation dan Inferiority Complex. Individu dapat mengembangkan Superiority Complex. Superiority Complex melibatkan menutupi Inferiority individu dengan berpura-pura menjadi Superior. Jika individu merasa kecil, salah satu cara untuk rasa besar adalah dengan membuat orang lain merasa lebih kecil. Para penindas, pembual, dan diktator kecil di mana pun adalah contoh utama. Contohnya adalah orang-orang yang menyukai drama yang menarik perhatian, orang-orang yang merasa berkuasa ketika mereka melakukan kejahatan, dan orang-orang yang meremehkan orang lain karena jenis kelamin, ras, asal usul etnis, keyakinan agama, orientasi seksual, berat badan, tinggi badan, dll. Yang lebih halus lagi adalah orang-orang yang menyembunyikan perasaan tidak berharga mereka dalam khayalan kekuasaan yang dihasilkan oleh alkohol dan obat-obatan. (TFR)

Referensi

Boeree, C. G. (2006). Carl Jung. Archived from the original on, 6.

Sollod, R. N., & Monte, C. F. (2008). Beneath the mask: An introduction to theories of personality. John Wiley & Sons.

https://languages.oup.com/google-dictionary-en/.

Posting Komentar