Ilustrasi Sastra "Semilir Anyelir Putih".
Sumber: google.com

“Dingin”. 

Malam itu terasa damai, terdengar sayup-sayup keramaian dalam keheningan. Terbayang Ibu dan Ayah bercengkrama dengan mesra. 

Ibu dengan kehangatan bagai matahari, dan Ayah dengan sinar bagai bulan yang menerangi hutan dan penunjuk hewan-hewan mencari makan. Semoga mereka bisa seperti itu. 

Kehidupan selalu membawa berkah kepada mereka yang beruntung. Namun, kepada mereka yang tidak beruntung, kehidupan bisa menjadi godam yang menghantam dan membunuh secara perlahan dengan sakit luar biasa. 

Detik demi detik bergulir, sutra ini semakin erat menggenggam diriku. Sepintas, aku menikmati semilir aroma yang lewat. Aroma yang menari dan berputar dalam pikiran. Aroma yang ternyata kukenal.

“Engkau telah mekar”.

“Aku telah usai”.


- Sen.Andhika

Posting Komentar