Suasana demonstrasi Tolak UU Cipta kerja pada Selasa (13/10)
Sumber: Dok. Pribadi Farhan 

Psikogenesis, Rabu (14/10)-Aksi penolakan UU cipta kerja telah ramai dilakukan sejak Selasa (06/10) lalu dari berbagai organisasi dan aliansi,  baik dari mahasiswa maupun para pekerja. Pelaksanaan aksi di tengah pandemi ini kemudian mendapat komentar dari mahasiswa.

Berdasarkan tanggapan Muhammad Nur Vicky Ahmad sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi) terkait  kelengkapan protokol kesehatan saat aksi berlangsung telah sesuai seperti memakai masker dan hand sanitizer, namun sulit untuk menerapkan jaga jarak. Vicky pun mengungkapkan langkah taktis untuk permasalahan tersebut.

“Dihimbau kepada yang lain untuk tidak menyentuh daerah muka ketika melakukan aksi,” jelasnya saat dihubungi melalui panggilan WhatsApp.

Senada dengan penyampaian Vicky, Awan Ilmiah selaku Menteri Sosial Politik (Mensospol) BEM Kema FPsi UNM juga menjelaskan bahwa protokol kesehatan saat aksi belum sesuai disebabkan menjaga jarak masih sulit dilakukan.

“Kalaupun dari teman-teman itu sendiri berusaha untuk itu (menjaga jarak) tapi, tidak bisa diatur hingga terarah. Kemudian, membawa hand sanitizer kalo mau makan dan diingatkan memakai masker,” ujarnya.

Sementara itu, Thesa Aulia selaku mahasiswa angkatan 2019 menjelaskan terkait hal-hal yang telah disampaikan dua hari sebelum aksi saat tahap konsolidasi dengan LK  se-UNM.

“Menyiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan seperti megafon, penanda untuk FPsi, menyiapkan hand sanitizer, dan masker bagi mahasiswa yang tidak membawa masker," terangnya.

Sebagai penutup, Thesa menambahkan bahwa dalam aksi tidak diterapkan social distancing.

"Justru diarahkan untuk saling dempet antara satu sama lain,” tutupnya. (011)

*Berita ini ditulis oleh peserta magang LPM Psikogenesis

Posting Komentar