Ilustrasi rindu dan hampa
Sumber: google.com


Jam menunjuk pukul 6 sore kini. Ruangan kerjanya telah sepi. Semua tlah pergi, pulang dari kantor 15 lantai ini. Ia berbenah diri. Menyimpan segala dokumen dalam koper dan beranjak pergi. Dari lantai 4 ia menuruni tangga. Tak dinaikinya lift dengan alasan olahraga. 

Sesampai di lantai 2, ia temukan secarik kertas dengan bercak darah, tertempel di satu pintu ruangaan tepat di depan tangga. Karena penasaran, segera ia tengok dan baca. Tertulis "Rindu: sebuah puisi" dengan tulisan kecil "Lt 2 Room BM 20" di sisi kanan bawahnya. Persis nama ruangan dari pintu di depannya. 

"Aneh" Katanya. "Mengapa di ruangan meeting ?" Lanjutnya. Dengan segera ia lanjut membaca:


"Roda waktu berputar tanpa henti

Manusia berpilin relasi, terus terhubung

Ada yang menguat, ada yang mengurai kembali

Momen demi momen tersimpan & tergantung...


Foto dan album, feed dan story,

Menyimpan cerita, menuai berita

Dari sudut sekolah, hingga bilik kerja

Ramai, sepi, terasa hadir kembali...


Pada Andi ku cerita

Dahulu kita, berkelahi ria

Pada Rima ku berkata

Dahulu kita, bolos bersama

Pada Luna ku cerita

Sesaat kerja, kita semeja

Pada Ronald ku berkata

Sesaat rehat, kita bercanda ria


Tangis, tawa, marah, dan canda ...

Bersama kawan, tak pernah lupa

Memori indah itu, kini bisu jua

Bercampur rasa diatas wadah duka

Dengan dada penuh rindu kini

Ku hampa di tali gantung

Melayang, bergoyang ...

Gembira, bergentayangan ... "


Segera ia dorong pintu itu, dan terlihatlah sesosok jasad tergantung di bawah lampu.


Oleh: Muhammad Ali Abdurrahman

Posting Komentar