Ilustrasi Speak Up
Sumber: google.com

Masalah adalah pelengkap dalam kehidupan kita. Sebagai pelengkap, ia sering disepelekan, bahkan ada yang tak menganggap keberadaannya. Ketika masalah tak dianggap, bukan berarti ia pergi begitu saja, ia akan tetap ada. Jadi, daripada tampak baik-baik saja, kita malah seperti ‘memaksakan’ terlihat baik-baik saja.

Disinilah ‘Speak Up’  atau berterus terang menjadi pembeda. Kenapa? Karena dengan speak up kita mampu mengatakan bahwa kita tidak sedang baik-baik saja, bahwa kita bermasalah, bahwa kita membutuhkan bantuan, bahwa kita berhak SEMBUH seperti yang lainnya.

Hidajat dalam buku “Public Speaking & Teknik Presentasi” mengatakan bahwa dengan berterus terang atau berbicara di depan umum, seseorang dapat berkomunikasi secara lisan dengan efektivitas yang berkesinambungan. Pembicaraan yang terjalin juga akan lebih sampai pada tujuannya, karena pendengar berpikir, merasakan dan bertindak sesuai dengan harapan pembicara.

Diam tidak akan menghasilkan apa-apa. Mengapa? Karena tidak semua orang paham masalah yang sedang kita alami di saat kita sendiri hanya diam saja; tidak menceritakan kondisi kita. Daripada hanya diam, ada baiknya kita berbicara. Tarigan pada 1998 dalam buku “Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa” mengatakan bahwa berbicara adalah suatu seni karena berbicara merupakan alat untuk menyampaikan gagasan yang disusun sesuai kebutuhan. Seperti yang dikatakan Tarigan, dengan berbicara kita dapat menceritakan pengalaman, menyampaikan pemahaman dan menjelaskan tujuan kita dalam berbicara. 

Bullying, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), pelecehan seksual, dan tindakan kekerasan lainnya sering terjadi secara terus menerus dikarenakan para korban atau penyintas tidak mampu berbicara secara terus terang. Mereka ketakutan, mereka takut disalahkan. Padahal mereka tidak salah loh. Ingat! mereka korban, bukan pelaku. Kenapa menyalahkan korban, disaat pelaku adalah yang melakukan.

Lagipula, alasan kita melakukan speak up itu untuk terbebas atau untuk sembuh. Silviananda dalam tulisannya yang diterbitkan Kumparan menjelaskan speak up harus dilakukan dengan beberapa alasan yakni, agar kita tidak diremehkan, mengurangi kesalahpahaman, diam tidak mengubah apapun, dan dapat membantu orang lain.

Dari sini, kita dapat menilai bahwa speak up perlu dilakukan agar seseorang paham masalah kita. Terkhusus bagi kita mahasiswa Psikologi, Ilmuwan Psikologi maupun para Psikolog, mendengarkan mereka yang sedang speak up merupakan bentuk pendalaman profesi. Bahkan Eva Meizara Puspita Dewi, S.Psi., M.Si., Psikolog pernah mengatakan, “kita harus berterima kasih pada klien kita, karena dari mereka, kita mendapatkan banyak cerita hidup yang berharga.” 

Seperti yang dikatakan Eva, cerita hidupmu sangatlah berharga, karena ia berharga maka sepatutnya kamu membagikan cerita hidupmu untuk orang lain. Singkat kata, kamu tidak sendirian. 

Kamu sudah hebat karena mampu bertahan sampai detik ini. Maka dari itu, kali ini, pada kesempatan ini, izinkan orang lain meringankan bebanmu agar dirimu sembuh dan terbebas dari mimpi buruk yang menjadi kenyataan itu. 

Semangat dan selamat, ya! Keadaan pasti membaik, begitu pula dirimu! (BLU)

Referensi

Silviananda, A. (2019, Oktober 13) 4 Alasan Kamu Harus Berani untuk Speak Up. Diakses melalui https://kumparan.com/millennial/4-alasan-kamu-harus-berani-untuk-speak-up-1s2uADh4vOk/full

Hidajat, M.S. (2006). Public Speaking & Teknik Presentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tarigan, H. G. (1998). Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung.

Posting Komentar