Ilustrasi Sastra "Peringatan Minuman Cap Orang Tua".
Sumber: Pinterest

Sebut saja aku bajingan, seorang yang tampak seperti gelandangan. 

Bajingan yang menikmati malam yang kian pekat, sembari ditemani sebotol demi botol semakin melekat, 

Dinikmati tanpa meninggalkan sekat, 

Sebotol lagi dan tak selamat. 

Tapi tunggu dulu!

Satu, dua, tiga, empat,

Lima, delapan, sepuluh, 

"Dua belas!" Sorak pemabuk disebelahnya yang berkumpul bersama kawanannya. 

Botol pertama, lebih banyak dihabisi si Codet, katanya botol pembuka harus dihabisi sang ahli. 

Botol kedua, disikat habis si Yudha seorang politikus pecinta sosial. 

Botol ketiga, dibagi antara Rangga dan Renggo, dua sejoli penikmat dunia prostitusi 

Botol keempat, tunggu, ini milik siapa? Oh iya! Ini milik si pemimpin organisasi diskriminatif. 

Botol kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan. 

Tunggu, sebentar dulu, si bangsat pergi kemana?! 

"Ia kan membeli empat botol lagi, Bung!"

Ah iya! Si Bangsat pergi membeli. 

Dasar bangsat! 

"Semuanya, Angkat tangan! Jangan ada yang bergerak! " Teriak pria bertubuh kekar yang menerobos pintu. 

Sial! Polisi menggerebek kami. 

Jeruji besi menanti kami. 

Bajingan! Ini karena kita tidak mendengarkan perkataan si bajingan! 

Peringatan Pertama, bila sebotol anggur merah ada di sana lagi, siap-siap komdis unjuk gigi. 

Peringatan Kedua, bila sesloki ada di meja itu kembali, berarti kau punya cukup nyali. 

Peringatan Ketiga dan terakhir, jangan coba-coba, sebab takkan ada rasa iba. 

-Amer Kesayanganmu

Posting Komentar