Ilustrasi Psikologika 'Burnout Pertanda Tubuh yang Lelah'.
Sumber: Pinterest

"Duh, aku capek ngerjain ini, aku nyerah aja deh".

"Aku mau udahan aja deh dari organisasi ini, stres banget sama tugas-tugasnya".

Kamu pernah merasakan hal-hal itu gak? Bisa jadi kamu sedang burnout.

Nah apa sih burnout itu? Mungkin di telinga sebagian orang istilah ini masih asing yaa.

Jadi, burnout merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan kelelahan, baik secara fisik, mental, maupun emosional yang diikuti oleh perasaan sinis atau menghindar dari lingkungan, serta penilaian diri yang rendah (Gold & Roth, 1993; Maslach, 2003). 

Tahu tidak, kalau burnout tidak hanya terjadi dalam lingkungan akademik saja, burnout juga bisa loh dirasakan dalam lingkup organisasi.

Lalu kenapa sih burnout bisa terjadi? Yuk simak penjelasan berikut.

Keadaan burnout dapat dipicu oleh adanya beban atau tuntutan yang berlebihan dan terus menerus, sehingga menyebabkan individu merasakan stres dan berpengaruh pada kondisi mental serta prestasi yang diperoleh (Aguayo dkk., 2019; Christiana, 2020; Gungor, 2019).

Individu yang mengalami burnout ditandai dengan kejenuhan secara fisik maupun mental, kehilangan minat atau menghindar dari lingkungan yang membuatnya menjadi jenuh, perasaan tidak berdaya, dan putus asa. Kondisi tersebut dapat dialami oleh siapa saja, termasuk pada kalangan mahasiswa (Aguayo dkk., 2019; Andi dkk., 2020; Christiana, 2020; Gungor, 2019; McCormack & Cotter, 2013).

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya burnout menurut Gold & Roth, 1993 yaitu sebagai berikut:

1. Lack of social support (kurang dukungan sosial). Lack of social support adalah kurangnya dukungan sosial. Dimana dalam menghadapi suatu kesulitan atau beban, diperlukan orang lain yang dapat memberikan dukungan sosial ataupun dukungan emosional agar individu dapat terhindar dari burnout (Christiana, 2020).

2. Demographic factors (faktor demografis). Demographic factors, beberapa penelitian menemukan bahwa laki-laki lebih rentan mengalami burnout daripada perempuan. Karena laki-laki lebih tertutup mengenai perasaannya, sehingga sulit mendapatkan bantuan dari lingkungan dan mudah mengalami keterasingan (Christiana, 2020; Gold & Roth, 1993).

3. Self-concept (konsep diri). Self-concept, individu dengan konsep diri yang baik akan membantu individu untuk bisa bertahan melawan stres dan memungkinkan individu untuk tetap memiliki prestasi pribadi meski dalam keadaan tertekan (Orpina, 2019).

4. Role conflict (konflik peran) dan role ambiguity (ambiguitas peran). Konflik peran dan ambiguitas peran memiliki korelasi dari sedang hingga tinggi dalam menyebabkan terjadinya burnout. Konflik peran terjadi karena adanya suatu tuntutan yang tidak sesuai pada suatu tugas dan harus dipenuhi. Sedangkan ambiguitas peran terjadi saat informasi untuk melakukan suatu tugas tidak dijelaskan dengan baik dan memadai (Schaufeli & Enzmann, 1998).

5. Isolation atau isolasi, ketika individu berada pada suatu keadaan atau tempat baru, yang mana individu rentan mendapatkan perasaan kesepian dan isolasi. Apabila perasaan tersebut tidak segera ditangani, maka perasaan tersebut dapat berkembang secara alami menjadi burnout (Gold & Roth, 1993).

Kamu harus ingat yaa mengerjakan sesuatu dalam kondisi yang super lelah akan membuat aktivitasmu menjadi tidak maksimal. Karena itu, kamu butuh istirahat agar nantinya bisa kembali dengan kondisi fisik dan mental yang lebih jernih. Jangan lupa istirahat yah, capek boleh, menyerah jangan. (WSM)


Sumber:

Aguayo, R., Canadas, G. R., Assbaa-Kaddouri, L., Fuente, G. A. C.-D. la, Ramirez-Baena, L., & Ortega-Campos, E. (2019). A risk profile of sociodemographic factors in the onset of academic burnout syndrome in a sample of university students. International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(5). https://doi.org/https://doi.org/10.3390/ijerph160507 07

Christiana, E. (2020). Burnout akademik selama pandemi covid-19. Seminar Bimbingan dan Konseling Mengukuhkan Eksistensi Peran BK Pasca Pandemi Covid-19 di Berbagai Setting Pendidikan. http://conference.um.ac.id/index.php/bk2/article/vie w/74

Gold, Y., & Roth, R. A. (1993). Teachers managing stress and preventing burnout: The professional health solution. RoutledgeFalmer. 

Gungor, A. (2019). Investigating the relationship between social support and school burnout in Turkish middle school students: The mediating role of hope. School Psychology International. https://doi.org/10.1177%2F0143034319866492

Schaufeli, W., & Enzmann, D. (1998). The burnout companion to study and practice: A critical analysis. T.J. International. https://books.google.co.id/books?id=yowEEAAAQ BAJ&printsec=frontcover&dq=The+burnout+com panion+to+study+and+practice:+A+critical+analys is&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwihdOfptLsAhWq6XMBHV2gAw0Q6AEwAXoECA UQAg#v=onepage&q=The burnout companion to study and practice

Posting Komentar