Sampul Lagu "Glimpse of Us" oleh Joji.
Sumber: Google

Siapa nih yang masih sering dengar lagu Glimpse of Us? Lagu yang buat banyak orang gagal move on dengan mantan kekasihnya, meskipun sudah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang baru. Kenangan indah bersama mantan doi masih teringat jelas dan sering terngiang-ngiang, hingga menyebabkan gagal move on bahkan gejala depresi. Hayoo, apakah kalian salah satunya?

Gapapa kok, wajar saja untuk mengingat mantan, nostalgia saat masih bersamanya, tapiii… jangan sampai keterusaaan yaak….

Dalam Psikologi hal ini dinamakan ruminasi. Ruminasi menurut Miranda & Nolen-Hoeksema merupakan fenomena dimana seseorang berfokus pada simptom-simptom negatif yang berulang dan terjadi secara pasif, serta merupakan akibat dari suasana hati yang negatif.

Ruminasi membuat seseorang tidak dapat menemukan solusi atas keadaan yang ia alami, melainkan akan tetap merenungi permasalahannya dan terpaku pada satu keadaan tanpa melakukan tindakan untuk menyelesaikannya.

Dengan begitu ruminasi dapat memicu terjadinya gejala depresi akibat terus menerus memikirkan perasaan negatif dari peristiwa yang dialami, hingga mengganggu fungsi kognitif normal serta menghambat penyelesaian masalah yang seharusnya ia lakukan.

Dalam prosesnya, ruminasi melewati tiga tahapan.

a. Pertama, seseorang terus menerus memikirkan masa lalu yang menyakitkan, yang dapat menyebabkan ia tertekan.

b. Kedua, ruminasi menghalangi kemampuan orang untuk memecahkan masalah secara efektif. Mereka sering berpikir pesimis dan fatalistik.

c. Ketiga, ruminasi nantinya akan menghancurkan perilaku seseorang dan menempatkannya pada keadaan depresi. Dalam kasus ini menyebabkan kecemasan yang berlebih.

Menghadapi ruminasi memang tidaklah mudah, bahkan ketika sudah menjalani konsultasi sekalipun. Sebab ruminasi mudah dipicu oleh berbagai hal tertentu. Bagi kalian yang sedang mengalami ruminasi, jangan khawatir karena ruminasi dapat diatasi dengan melakukan beberapa hal kecil seperti di bawah ini:

a. Lakukan tindakan-tindakan kecil untuk mengalihkan perhatian, hal ini bertujuan untuk menekan pikiran negatif serta ekspektasi berlebih terhadap sesuatu atau seseorang. 

b. Lepaskan hasrat untuk meraih tujuan yang tidak menyehatkan atau yang tidak mungkin tercapai. 

c. Alihkan pikiran untuk meningkatkan harga diri. 

d. Pahami apa saja pemicu yang membuat dirimu merasa tertekan dan berusaha untuk tenang ketika perasaan tersebut muncul. 

e. Pikirkan secara matang akan skenario terburuk dari tindakanmu. 

f. Belajar dari kesalahan di masa lalu. 

g. Lakukan terapi, olahraga, serta meditasi.

Yuk saatnya bangkit dari masa lalu dan mulai menghargai apa yang dimiliki saat ini. Kan kasihan kalau udah punya doi baru, tapi masih stuck sama doi yang dulu, terlebih kasihaan sama diri kamu sendiri. (IM)

Move on bukan perkara berlomba saling menunjukkan kebahagiaan setelah perpisahan, tapi move on adalah tentang perasaan ikhlas ketika kita mendengar namanya, melihat wajahnya, bahkan menerima semua kesalahannya.”


Sumber:

Lyubormirsky, S., Layous, K., Chancellor, J., & Nelson, S. K. (2015). Thinking about rumination: the scholarly contributions and intellectual legacy of Susan Nolen-Hoeksema. Annual review of clinical psychology, 11(1), 1-22 https://doi.org/10.1146/annurev-clinpsy-032814-112733

Nolen-Hoeksema, S., Wisco, B. E., & Lyubormirsky, S. (2008). Rethinking rumination. Perspectives on psychological science, 3(5), 400-402. https://doi.org/10.1111/j.1745-6924.2008.00088.x

Grudug, P. D. D., & Surjaningrum, E. R. (2021). Peran Ruminasi pada Pengaruh Perfeksionisme terhadap Depresi pada Dewasa Awal. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental, 1(1), 629-637.

Wehrenberg, M. (2016, April 20). Rumination: a problem in anxiety and depression. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/depression-management-techniques/201604/rumination-problem-in-anxiety-and-depression

Posting Komentar