Ilustrasi gambar oleh Akram Sulaiman (2013)
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Minggu (31/10)- Kepengurusan Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) silih berganti, puluhan kegiatan, termasuk event nasional, mengisi agenda lembaga kemahasiswaan tiap tahun. Namun sangat disayangkan, sejumlah kegiatan yang digelar nyatanya masih sepi peminat. Minimnya partisipasi tidak hanya ditunjukkan mahasiswa FPsi secara umum, melainkan juga oleh fungsionaris lembaga yang acapkali tidak meramaikan kegiatan lembaga satu sama lain.

Permasalahan Klasik yang Tak Kunjung Usai

Pernyataan ini tentu saja bukan tanpa dasar. Jika kita melihat deretan peristiwa, tercatat dalam beberapa kegiatan yang telah digelar oleh LK, baik ditataran Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) maupun Biro Kegiatan Mahasiswa (BKM) selalu menunjukkan partisipasi yang minim. Misalnya saja kegiatan Musyawarah Mahasiswa Psikologi (Mumpsi) XII Fakultas Psikologi UNM yang dilaksanakan pada Jumat-Minggu, (09-11/05/2014) di Malino sangat minim peserta. Tanpa menghitung demisioner Maperwa-BEM periode 2013-2014, kehadiran fungsionaris lembaga kemahasiswaan di forum Mumpsi juga terbilang sangat minim. Pengurus Maperwa periode 2014-2015, dari sembilan orang yang ditetapkan KPU, yang hadir di Mumpsi hanya empat orang, sementara perwakilan BKM juga dapat dihitung dengan jari (http://www.psikogenesis.com/2014/05/mumpsi-xii-minim-peserta.html). 

Selang beberapa bulan setelahnya, kondisi serupa kembali terjadi pada lokakarya pengaderan yang dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu, (14-15/06/2014) yang bertempat di gedung BM 101. Menurut Ketua Maperwa Kema F.Psi UNM, Ahmad Yani Nasrum yang menjabat kala itu, undangan ke angkatan 2007 hingga 2013 serta Biro-Biro Kegiatan mahasiswa telah disebar, semuanya sampai ke tangan masing-masing. Hanya saja perwakilan dari para undangan yang memang sangat minim. (http://www.psikogenesis.com/2014/06/lokakarya-pengaderan-real-kembali.html).

Bukan hanya kegiatan yang sifatnya berorientasi pada kelembagaan semata, kegiatan yang justru memberi dampak besar bagi lingkungan pun tidak lepas dari kata sepi. Kelas Daur Ulang sampah dan Lubang Resapan Biopori di FPsi UNM yang dilaksanakan selama 2 hari ternyata menyisakan kekecewaan bagi Marabunta sebagai penyelenggara. “Pesertanya kan Lembaga Kemahasiswaan Psikologi dan masyarakat Psikologi tapi nyatanya dalam proses kegiatannya hanya 3 sampai 5 orang ji datang dari masyarakat psikologi, tidak mengecewakan sekali itu kah. Padahal ini untuk kampus, pengolahan sampah untuk kampus ta tonji baru ndada yang datang, apa tidak mengecewakan itu kah," pungkas Andi Mutmainnah Mathar dengan nada kecewa. (http://www.psikogenesis.com/2016/02/upaya-marabunta-minim-apresiasi.html)

Tak Pernah Belajar dari Kesalahan

Melihat kondisi saat ini, forum penting kelembagaan rupanya masih saja sepi peserta. Hal ini mengindikasikan para petinggi lembaga tak pernah belajar dari kejadian yang telah lalu. Sebut saja Pembukaan Rapat Kerja (Raker) XIV BEM Kema FPsi UNM yang berlangsung pada Senin (25/07) pukul 14.00 WITA di Ruang BM 101 FPsi sepi peminat. Pasalnya, peserta yang menghadiri forum ini masih terbilang sangat minimal jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa aktif FPsi. (http:/www.psikogenesis.com/2016/07/rapat-kerja-bem-sepi-peminat-lagi.html)

Tiga bulan usai Raker, Pleno I Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) Kema FPsi UNM yang dilaksanakan di gedung BM 101 minim peserta peninjau. Akibatnya kegiatan tersebut terpaksa harus diskorsing. Meski pada pertengahan kegiatan ini peserta peninjau bertambah menjadi 20 orang namun jumlah itu terus berkurang menjadi 7 orang saja hingga kegiatan usai. Jumlah tersebut diluar dari teamwork yang dibentuk. (http://www.psikogenesis.com/2016/10/pleno-i-maperwa-minim-peserta-peninjau.html)

Suasana Pleno I Maperwa Kema FPsi UNM di BM 101
Sumbrr: Dok. LPM Psikogenesis


Menarik Minat Mahasiswa Psikologi

Presiden BEM Kema FPsi UNM, Asmar Tahirman menilai kurangnnya masyarakat Kema yang hadir pada saat pleno dikarenakan masyarakat Kema tidak memiliki beban moral untuk mengkritisi kinerja yang telah dilaksanakan. “Sejauh ini anggapanku mereka tidak punya beban moral untuk mengkritik kami, padahal kami butuh kritik dari mereka, beda dengan mantan fungsionaris lembaga,” tutur pria asal Luwu ini.

An Nafri Saiful selaku Ketua Umum BKM Marabunta menilai bahwa hal ini disebabkan karena Lembaga Kemahasiswaan saat ini terkesan mencari hanya ketika membutuhkan dan minimnya komunikasi yang sifatnya persuasif. “Itu ji disayangkan, kek butuh paki ceritanya masyarakat Kema baru maccarikki,” ungkap pria yang kerap disapa Neptunus ini.
Lebih jauh ia menambahkan bahwa salah satu penyebab masyarakat Kema kurang berpartisipasi dalam kegiatan lainnya disebabkan karena masyarakat Kema saat ini melupakan prinsip balas budi. “Beginie, kalau katanya orang dulu toh, kalau nu datangi kegiatanku pasti ku datangi ko juga. Kek begitu ji ka nda enak ki juga, masa tawwa pernah ki na datangi baru kita tidak,” ungkapnya.

Lain An Nafri, lain pula bagi Atika Surya Aisyah. Mahasiwi yang saat ini aktif di LPM Penalaran menilai minimnya partisipasi masyarakat Kema dalam mengikuti kegiatan kelembagaan dikarenakan gagalnya LK dalam menumbuhkan minat kelembagaan yang berujung pada munculnya sikap acuh dari masyarakat Kema. 
“Ketika ada yang tidak antusias, bahkan sampai acuh, ini mi yang perlu dicari tau penyebabnya karena kalau tidak, kayak begini mi. Yang ikut kajiannya BEM, Maperwa atau BKM lain, orang-orang itu tonji,” ungkapnya.


Lembaga Kemahasiswaan Dinilai "Eksklusif"

Akibat minimnya peserta pada saat Pleno I yang dilangsungkan di gedung BM 101 pada Sabtu (08/10), salah satu peserta peninjau pada saat proyeksi kala itu melontarkan argumentasi bahwa LK saat ini terkesan eksklusif. Atika Surya Aisyah, mahasiswi angkatan 2014 yang melontarkan argumentasi tersebut menyampaikan bahwa ungkapan itu didasarkan pada minimnya masyarkat LK terlebih non LK yang hadir pada saat pleno.

“Kan plenonya ini untuk masyarakat Kema, tapi yang mau dikasih liat pertanggungjawabannya tidak ada. Subjektifku bilang mungkin masih 'eksklusif ki' karena belum terbuka," tutur mahasiswi yang akrab disapa Ais ini.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Maperwa, Yulianti R secara tegas menyampaikan bahwa sebenarnya LK saat ini tidaklah eksklusif sebagaimana pandangan orang lain melainkan masyarakat Kema sendirilah yang kurang berpartisipasi.  “Pemikirannya orang-orang yang nda pernah berlembaga kaya kita dikhususkan ki, padahal tidak ji,” ungkapnya.

Meski demikian ia tidak memungkiri bahwa selama ini kegiatan kelembagaan hanya banyak diisi oleh para mantan fungsionaris kelembagaan dan mahasiswa yang saat ini sedang aktif di Lembaga Kemahasiswaan saat ini.

Kontras dengan pernyataan sebelumnya, Ketua Komisi I Maperwa, Hariyandi menilai adanya anggapan terhadap Lembaga Kemahasiswaan yang terkesan eksklusif sah saja bergantung siapa yang memandang. “Sah saja mungkin karna itumi na lihat saat ini. Tapi kalau saya pribadi, eksklusif sih eksklusif ya ada, tapi itu karna banyaknya kegiatan kita psikologi. Tugas kita kan menyelesaikan pekerjaan kita masing masing di kelembagaankan, na sudah pi pekerjaan ta baru bisa ki hadiri kegiatannya yang lain. Jangan sampai kita hadiri kegiatan lain tapi kegiatann ta terbengkalai,” ungkap mahasiswa yang menjadi Mandataris Ketua Maperwa ini.

Lebih jauh ia menjelaskan terkait masyarakat Kema lainnya yang kurang berpartisipasi aktif adalah sesuatu yang wajar karena menilai adanya kegiatan lain yang mungkin lebih penting untuk dilakukan. “Setiap orang punya hak untuk beranggapan terhadap menghadiri suatu kegiatan," tambahnya. (AWZ)

Posting Komentar