Maba 2017 bersosialisasi dengan angkatan di atasnya menggunakan Buku Kema
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Buku Keluarga Mahasiswa (Buku Kema) merupakan sebuah instrumen yang didesain untuk mengenal seluk-beluk fakultas dan lembaga kemahasiswaan (LK) yang ada di Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM). Buku Kema yang sebelumnya bernama Buku Orange sudah membudaya sejak konsep pengaderan dilaksanakan di FPsi. Namun pada pelaksanaannya, penggunaan Buku Kema untuk maba FPsi 2017 tidaklah berjalan mulus.

Jika mengacu pada tahun-tahun sebelumnya, Buku Kema diberikan kepada maba saat  pengaderan pertama yakni Orientasi Kemahasiswaan dan Kelembagaan (Real) berlangsung. Namun, pembagian Buku Kema tahun ini terlambat hingga dua bulan. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan (Kemendiklat) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FPsi baru membagikan Buku Kema pada Jumat (27/10) di Baruga FPsi UNM. Buku Kema dibagikan kepada maba, baik yang di Makassar maupun kelas Parepare.

Hal tersebut kontradiktif dengan kegiatan sebelumnya di mana maba kelas Parepare tidak diikutkan pada Real 2017. Pada wawancara terkait Real 2017, Muh. Wija Hadi Perdana selaku Presiden Mahasiswa (Presma) BEM Kema FPsi UNM mengungkapkan bahwa salah satu alasan Real 2017 tidak diikuti oleh maba kelas Parepare karena mereka tidak berada pada lingkup Kema FPsi UNM.

Isnawati selaku Staf Kemendiklat BEM Kema FPsi UNM buka suara terkait pembagian Buku Kema untuk maba kelas Parepare. “Alasannya itu agar maba Parepare tidak merasa didiskriminasi atau dianaktirikan,” ungkapnya. Ia pun menjelaskan bahwa mekanisme penggunaan Buku Kema untuk maba kelas Makassar dan kelas Parepare berbeda. Evaluasi Buku Kema bagi maba kelas Parepare, hanya akan diberkan jika Kemendiklat berada di Parepare atau sebaliknya. 

Keterlambatan pembagian Buku Kema ternyata berimbas juga pada pelaksanaan Ramah Tamah 2017. Muh. Nur Vicky sebagai penanggung jawab Ramah Tamah menuturkan bahwa ia dan teman-teman kesulitan menghubungi masyarakat FPsi untuk menghadiri Ramah Tamah yang mereka adakan. “Cari ki bagaimana caranya itu dapat datanya kakak-kakak,” ungkapnya. Ramah Tamah 2017 sendiri diselenggarakan oleh maba 2017 untuk bersilaturahmi dengan civitas academica FPsi UNM. 

Masalah berbeda dikemukakan oleh maba berinisial YG. Ia mengakui bahwa setelah dibagikan, penggunaan Buku Kema tidaklah berjalan efisien. “Mereka (baca: maba 2017) hanya mengoper-oper Buku Kema di antara teman angkatan tanpa berinisiatif berkenalan nama,” akunya. Ia juga menambahkan bahwa ia belum berkenalan dengan beberapa angkatan yang ada di FPsi UNM. “Masih kosong 2012, 2013, 2014. Kalau 2015 ada mi satu dua orang,” tambahnya lagi. Lebih lanjut, ia mengakui bahwa tidak ada maba kelas Parepare yang dikenalnya selain teman-teman SMA-nya yang berkuliah di FPsi UNM kelas Parepare. (NFA)

Laporam Tambahan Tabloid Edisi XVI, November 2017

Posting Komentar