Redaktur mojok.co, Arman Dhani saat membawakan materi pada Seminar dengan tema Reformulasi Gerakan Melalui Riset yang digelar BEM UNM di Ballroom Menara Phinisi UNM, Minggu (10/12)
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Minggu (10/12)-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM), melalui Kementrian Riset dan Pengembangan (Kemenrisbang) sukses menyelanggarakan Seminar Nasional Research Training dengan tema “Reformulasi Gerakan Melalui Riset” di Ballroom Pinisi UNM pada Minggu (10/12). Seminar tersebut bertujuan untuk mewadahi seluruh masyarakat dan mahasiswa yang ingin bertukar pengalaman, baik dari pemateri maupun peserta. 

Muhammad Riszky selaku Koordinator Tim Kerja menjelaskan bahwa sangat disayangkan jika kegiatan National Research Traning hanya diikuti oleh mahasiswa yang berkecimpung di dunia Lembaga Kemahasiswaa saja, tetapi juga mampu untuk mewadahi masyarakat luas. “Jadi memang mau dibuat umum dan diminimalisir registrasi, intinya membuka ruang untuk masyarakat umum,” jawabnya.

Menanggapi kegiatan yang ditujukan pada mahasiswa ini, Arman Dhani yang merupakan redaktur Mojok.co menilai kegiatan tersebut adalah kegiatan yang membawa perubahan dalam upaya membudayakan riset sebagai panduan untuk membawa sebuah kebijakan di tataran mahasiswa. “Banyak sekali kasus mahasiswa kerap kali dituduh sebagai organ yang jalan tanpa tau apa yang mereka perjuangkan,” ungkapnya

Ia pun menambahkan, lewat kegiatan ini mahasiwa Makassar dapat mematahkan stigma masyarakat pada umumnya bahwa mahasiswa Makassar kerjanya hanya demostrasi dan membuat rusuh. “Dengan acara akademisi seperti ini malah jadi lebih baik,” tandas pria yang juga merupakan wartawan Tirto.id tersebut.

Dhani berharap, mahasiswa Makassar dapat mengubah pola-pola pergerakan ke arah yang lebih cerdas dan lebih fleksibel mengikuti zaman tanpa harus mengubah apa yang diperjuangkannya. “Saya berharap teman-teman di Makassar bisa mengubah polah gerakan, tidak lagi dengan demonstrasi tapi memilih cara-cara lain yang bisa di pahami oleh generasi milenial dan generasi Z,” terangnya.

Tradisi Advokasi di Makassar menurutnya sudah sangat panjang, misalnya kasus yang terjadi di Kabupaten Takalar, juga kasus Reklamasi Pantai Losari dan masih banyak lagi. Sangat disayangkan jika Advokasi tersebut hanya berhenti pada aksi-aksi langsung, namun Dhani berharap agar aksi-aksi pendampingan tersebut yang kemudian ditulis dan disebarkan pada masyarakat. “Agar masyarakat itu tahu loh, bahwa mahasiswa makassar ini nggak cuman demonstrasi loh, nggak cuman rusuh, nggak cuman tawuran tapi kami juga meneliti, mengadvokasi membuat karya yang baik seperti itu,” tandasnya. (BM)

Posting Komentar