Karya: Ashari Ramadana T

Keluar, terjatuh dan mengakulah
terluka. jangan tersenyum.

“Senyum” tirai tutup
penuh jendela. cukup
mendung dan guruh, atau langit
tiba-tiba runtuh.

Tanpa persiapan, kita terjebak
kemacetan, basah. sementara
hari-hari depan melambai
di tali jemuran, luntur
seperti pupur wajahmu.

*
Langit, tak pernah menolak
diselami.

setelah semua kata dalam
puisi ini, apakah aku benar mencinmencintaimu.

Puisi, Sastra Tabloid Edisi XIV, September

Posting Komentar