Ilustrasi cerpen Nona Kecil, Barista, dan Kue Coklat
Sumber: Pinterest
 

Cerita ini bukan kisah cinta antara Matcha dan Susu, ini kisah tentang Nona Kecil dengan kulit putih, rambut hitamnya terikat di sisi kiri dan kanan oleh pita merah, menggunakan tas selempang berbentuk boneka beruang coklat yang menambah kesan polosnya. Nona Kecil nan manis tersebut menghampiri Barista dengan wajah pitam memerah.

"Aku cucu dari orang yang kau minta resep kue coklat, dan aku memerintahkan mu untuk menghapus Kue Coklat dari daftar menu!" Ucap Nona Kecil ke Barista dengan nada marah membentak. Barista bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Seorang Nona Kecil yang merupakan cucu dari nenek yang memberikan resep kue coklat, tiba - tiba datang dan marah kepadanya terkait kue coklat yang baru saja ia tambahkan ke dalam menu. Mengapa ini terjadi? Bukankah Sang Nenek telah setuju resepnya digunakan? Lantas apa yang membuat Nona manis ini marah?

Dalam situasi kebingungan tersebut, Barista dengan tenang berkata "Mengapa? Apa ada bahan yang salah? Atau rasanya yang kurang enak?" Tanya Barista ke Nona Kecil "Tidak, tidak ada yang salah dalam bahan maupun rasanya, hanya penulisan menunya yang salah, seharusnya kau meminta izin dulu kepada ku ataupun Nenek terkait penulisan Kue Coklat dalam menu mu!" Jawaban dari Nona Kecil tidak meredakan kebingungan Barista. Kesimpulan yang ia dapatkan, Nona Kecil datang dan memarahinya terkait kata "Kue Coklat" yang tertera di menu, Nona Kecil menginginkan Barista meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan kata "Kue Coklat" dalam menu. Namun bukankah itu sudah Barista lakukan sejak meminta resep kepada Nenek? Pikiran Barista semakin berputar.

Barista menekuk lututnya, menyetarakan tinggi dengan Nona Kecil, lalu memberikan Nona Kecil minuman matcha dan susu dalam segelas merah kecil. Setelah meminum matcha dan susu yang diberikan Barista, Nona Kecil merasa lebih tenang. Barista tersenyum dan berkata "Akan sulit untuk menghapus Kue Coklat dalam menu hanya karena Nona tidak suka dengan namanya, lagi pula, semenjak mendapatkan resep dari Nenekmu, itu sudah berarti Nenekmu mengizinkan ku untuk mengkreasikan kue tersebut, termasuk mengkreasikan namanya. Jika Nona mendapatkan kekeliruan dalam bahan ataupun rasa dari kue tersebut, Nona dapat menyampaikannya, lalu aku akan menambahkan nama kue yang baru tanpa menghapus nama kue yang lama." Jelas Barista dengan tenang.

Nona Kecil bingung dengan pernyataan Barista, terlihat jelas pada kerutan wajah anak itu "Mengapa harus begitu? Tidak bisakah kau menghapus saja resep itu? Atau sekedar mengganti namanya?" Tanya Nona Kecil. 

"Lihatlah sekelilingmu Nona, orang - orang tampak menikmati kue coklat hasil dari resep Nenekmu, tidak peduli dengan nama kuenya, proses pembuatannya, maupun cara mendapatkan resepnya, mereka tetap menikmati kue tersebut." Mendengar penjelasan dari Barista, sambil memegang gelas merah berisi matcha dan susu, Nona kecil melihat sekitarnya.

Memang benar apa yang dikatakan Barista, orang - orang menikmati kue coklat dari resep Nenek, tak peduli apakah seharusnya kue coklat itu bernama kukis coklat, brownies, dan sebagainya. Sebuah nama sudah tak lagi penting ketika dibandingkan dengan rasa, aroma, dan cerita yang mengiringi sepotong kue.

Tanpa berpikir panjang, Nona Kecil berkata pada Barista "Tetap saja, kau seharusnya izin dulu kepadaku dan Nenek terkait pemberian nama Kue Coklat pada resep Nenek yang sebenarnya nama asli dari kue tersebut bukan Kue Coklat, jadi tetap saja kau harus menghapus Kue Coklat itu dari daftar menu mu!" Bentak Nona Kecil yang membuat Barista terdiam dalam kebingungan.

Barista paham bahwa yang sedang membentaknya merupakan seorang anak polos yang hanya ingin kemauannya terpenuhi. Jika kemauannya bukan menghapus Kue Coklat dari daftar menu, sudah dari tadi Barista mengabulkan keinginan anak tersebut. Berdebat dengan anak kecil sangat menghabiskan waktu dan tenaga Barista. 

"Nona Kecil, sebelum aku menanggapi pernyataanmu, biarkan aku memberitahumu hal ini terlebih dahulu." Ucap Barista pada Nona Kecil dengan sorot mata tajam. "Kau tidak mungkin didengarkan jika kau tidak mendengarkan, Kau tidak dapat dipahami jika kau tidak memahami, sulit bagiku untuk menuruti keinginanmu jikau kau tidak mau mendengarkanku dan memahami kondisi yang terjadi. Mungkin kalimat ini sulit dimengerti olehmu, tapi aku yakin kau cukup cerdas untuk memahami maksud dari perkataanku. Sudah ku jelaskan sebelu.." Sebelum Barista menyelesaikan perkataannya, Nona Kecil telah memancarkan kaca dari matanya, terlihat genangan air yang akan menetes sebentar lagi dari kelompak mata itu. 

Nona Kecil kemudian berjalan menjauh dan meninggalkan Barista, tanpa berkata apapun, tanpa bantahan apapun, yang Barista ingat, Nona Kecil menangis dalam jalan pulangnya. Kepergian Nona Kecil membuat Barista bingung namun juga merasa lega karena tidak harus berdebat lagi.

Dimalam hari, Barista menjamu sahabatnya dengan secangkir matcha dan susu bersuhu hangat, lalu Barista menceritakan kejadian yang ia alami bersama Nona Kecil "Hahaha, aku tidak tau apa sebenarnya maksud dari Nona Kecil itu, namun dia cukup berani untuk mendatangimu." Komentar Sahabat Barista. "Entahlah, namun akan ku tulis ini sebagai sebuah cerita, aku yakin akan banyak orang yang mengalami dan merasakan hal yang sama." Ucap Barista dengan mengedipkan satu mata ke sahabatnya. "Tidaaak, selama aku menjadi jurnalis, tidak ada yang memintaku untuk menghapus atau mengubah judul berita." Kata sahabat Barista dengan nada riang, dapat dilihat kesombongan dari nada bicaranya. "Mungkin saja belum, tunggulah sedikit lagi." Mendengar jawaban dari Barista, sahabatnya sedikit merinding, namun ia tetap menerima cerita ini dan menerbitkannya. 


-Butterfly

Posting Komentar