Ilustrasi Psikologika 'Alasan Manusia Percaya Teori Konspirasi'.
Sumber: Pinterest

"Serangan teroris pada 9 September 21 tahun silam di Menara Kembar World Trade Center (WTC) ternyata melibatkan Presiden Amerika George W. Bush sebagai dalang dibalik peristiwa Nine Eleven tersebut."

"Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit Virus Corona di seluruh dunia, penyakit ini disebabkan oleh Virus Corona. Beberapa orang percaya virus tersebut tidak ada, pandemi hanya buatan orang-orang yang berkuasa di dunia."

Hal tersebut merupakan sedikit dari banyaknya teori konspirasi yang tersebar di dunia. Tidak sedikit orang yang percaya dengan teori konspirasi. Satu dari tiga orang Amerika bahkan percaya global warming merupakan teori konspirasi.

Teori konspirasi merupakan teori yang menolak penjelasan standar untuk suatu peristiwa dan sebaliknya mempercayai kelompok rahasia atau organisasi melakukan sesuatu yang rahasia. Internet memungkinkan teori konspirasi tersebar dengan sangat cepat tanpa proses penyaringan informasi yang jelas.

Lalu kenapa banyak orang yang percaya dengan teori konspirasi?

Teori konspirasi membuat manusia seakan memahami dunia. Pikiran manusia selalu mencari pola, itulah sebabnya kita mungkin melihat wajah ketika melihat awan. Demikian pula, manusia juga mencari dan melihat pola dalam situasi. Manusia kemudian menemukan penjelasan kausal untuk peristiwa dan satu set perilaku. Ini adalah cara untuk memahami dunia yang kacau dengan banyak rangsangan dan peristiwa acak.

Teori konspirasi menjelaskan peristiwa yang luar biasa. Hal ini memungkinkan untuk memuaskan rasa ingin tahu ketika tidak ada cukup data yang tersedia tentang sesuatu. Pada dasarnya, bagi manusia, penjelasan apapun lebih baik daripada tidak ada penjelasan.

Maka, masuk akal bahwa teori konspirasi lebih mungkin terjadi ketika ada informasi minimal atau saling bertentangan tentang suatu topik.

Teori konspirasi menawarkan kontrol di tengah peristiwa yang tidak terkendali. Teori konspirasi menawarkan cara bagi manusia untuk merasa aman dan memiliki semacam otonomi atau kendali dalam peristiwa acak. Ini adalah mekanisme koping bagi manusia yang merasakan kecemasan akan suatu peristiwa. 

Orang-orang lebih rentan terhadap teori konspirasi ketika mereka cemas dan merasa tidak berdaya. Mereka yang merasa tidak dapat memprediksi hasil dalam situasi tertentu lebih cenderung mengandalkan teori konspirasi untuk mendapatkan kejelasan suatu peristiwa. (TFR)


Referensi

Douglas, KM., Sutton, RM., & Cichocka A. The psychology of conspiracy theories. Curr Dir Psychol Sci. 2017;26(6):538-542. doi:10.1177/0963721417718261.

Van Prooijen, JW. & Van Vugt M. Conspiracy theories: Evolved functions and psychological mechanisms. Perspect Psychol Sci. 2018;13(6):770-788. doi:10.1177/1745691618774270.

Posting Komentar