Ilustrasi Psikologika Menghadapi Tugas Observasi, Berikut Kendala dan Solusinya!
Sumber: Pinterest

Oleh Mr. Bam/@Ka_Bayyyy

Mahasiswa sering dihadapi dengan tugas yang beragam, beberapa dari tugas yang diberikan tentunya memerlukan proses pengumpulan data di lapangan. Salah satu metode pengumpulan data yang sering dilakukan adalah metode observasi.

Namun, apa sih observasi itu?

Dalam bukunya, Bentzen (2000) mengatakan bahwa observasi memiliki kedudukan penting dikarenakan dapat menjadi salah satu kelebihan dalam bertahan hidup. Menurutnya, dari observasi penglihatan, penciuman dan pendengaran manusia dapat memperhitungkan banyak hal sehingga mengambil tindakan yang sesuai kebutuhan, salah satunya bertahan hidup.

Senada dengan Bentzen (2000), Cartwright (1984) bersaudara mengungkapkan bahwa observasi ditujukan dengan tujuan membuat keputusan. Selain itu, observasi merupakan suatu proses mengamati dan mencatat perilaku secara sistematis yang ditujukan pada suatu tingkah laku.

Lalu, apa saja komponen utama dalam melakukan observasi?

Kusdiyati dan Fahmi (2017) menyimpulkan bahwa terdapat tiga komponen utama observasi yaitu mengamati, pencatatan dan inferensis. Teknik mengamati merupakan berbagai teknik yang digunakan untuk mengamati objek observasi secara spesifik. Teknik pencatatan merupakan pencatatan observasi secara sistematis dan prosedural. Sedangkan teknik inferensis merupakan pengambilan kesimpulan atau pemaknaan dari apa yang diamati.

Meski telah mengetahui komponen utama dalam melakukan observasi, sebagai mahasiswa sangat besar kemungkinan kita menghadapi kendala dalam proses pelaksanaannya. Berikut kendala yang sering dialami oleh individu yang melakukan observasi atau biasa disebut observer.

Kendala Pengamatan

1. Halo Effect, dalam hal ini observer membuat generalisasi penilaian atau kesan yang ia dapatkan dari subjek observasi. Apabila kesan pertamanya positif, maka semua menjadi positif dan begitu sebaliknya.

2. Personal Theory, dalam hal ini observer mencocokkan observasi pada harapan, nilai atau minat pribadinya sehingga ada kemungkinan proses pengamatan terdapat nilai yang sesuai observer saja.

3. Personal Effect, dalam hal ini karakteristik observer seperti usia, jenis kelamin dan status akan mempengaruhi perilaku objek yang diobservasi.

4. Observer Drift, dalam hal ini observer mengubah kriteria untuk penilaian mengenai ada atau tidak adanya perilaku yang dimaksudkan. Penilaian ini dapat terjadi apabila observer masih dalam faktor kelelahan, proses belajar dan variabel lain yang memengaruhi,

5. Severity Error, dalam hal ini observer memberikan penilaian yang rendah untuk semua objek yang sedang ia observasi.

6. Sensitivity & Awareness, dalam hal ini observer kehilangan kepekaan dan kesadaran penuhnya dalam proses mengamati namun ia meyakini memiliki skill observasi yang baik.

Selain keenam kendala pengamatan tersebut, menurut Sattler (2002;2006), Cartwright (1984) bersaudara dan Bentzen (2000) masih terdapat beberapa kendala lainnya, selengkapnya bacalah buku terkait untuk mengetahuinya.

Kendala Pencatatan

1. Pencatatan hasil observasi yang ditunda-tunda mengakibatkan observer kehilangan data penting dalam pencatatan. Dalam hal ini dibagi menjadi dua hal yakni Errors of Omission dan Errors of Commission. Errors of Omission diakibatkan oleh observer yang tidak memasukan informasi yang sangat diperlukan dalam memahami perilaku, sedangkan Errors of Commission diakibatkan oleh observer yang memasukkan lebih banyak informasi daripada kejadian aktual yang terjadi dalam observasi. Sayangnya informasi yang dituliskan sebenarnya tidak ada alias si observer seakan menuliskan skenario fiktif.

2. Observer meninggalkan objek observasi sehingga tidak memerhatikan keseluruhan data penting.

3. Salah dalam format pencatatan atau laporan, hal ini berhubungan dengan jenis observasi yang beragam.

4. Mencatat hasil observasi dalam bahasa yang sulit dimengerti.

Eits!!! Tapi jangan khawatir, setiap kendala pasti ada solusinya. Nah untuk menyelesaikan atau meminimalisir kemungkinan terjadinya kendala-kendala tersebut seorang observer harus mampu memahami 3 aspek dalam proses observasi, yakni;

1. Deskripsi Objektif, aspek ini menenkankan pada pelaporan, pencacatan yang dilihat setepat dan selengkap mungkin. Makna tepat dan lengkap dalam hal ini adalah observer mencatatkan segala hal yang berkaitan secara spesifik dengan tujuan observasi.

2. Interpretasi, aspek ini mencari tahu apa yang ada di balik deskripsi objektif dan mencoba memaknainya. Pemaknaan ini bisa saja menjadi benar atau salah, maka dari itu untuk menghindari kesalahan tersebut diperlukan pemahaman teori berdasarkan perilaku, kondisi dan situasi yang sedang diobservasi.

3. Evaluasi, aspek ini dapat terjadi apabila observer untuk menerapkan nilai-nilainya terhadap tingkah laku, karakteristik, dan kepribadian objek yang diobservasi. Penilaian tersebut dapat menjadi keliru apabila didasarkan pada personal values observer.

Namun apapun itu, observasi merupakan kegiatan yang menyenangkan, dari observasi sangat banyak informasi dan pengetahuan yang kita ketahui. Hal-hal kecil yang kerap kali kita abaikan dapat kita sadari dan maknai dengan lebih baik.

Referensi:

Bentzen, W.R. (2000). Seeing Young Children A Guide to Observing and Recording Behavior. Fourth Edition. New York: Delmar Thomson Learning Inc.

Cartwright, C.A. & Cartwright, G.P. (1984). Developing Observation Skills. Second Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.

Kusdiyati, S. & Fahmi, I. (2017). Observasi Psikologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sattler, J.M. (2002). Assessment of Children Behavioral & Clinical Application. Fourth Edition. San Diego: Jerome M. Sattler, Publisher , Inc.

Sattler, J.M. & Hoge, R.D. (2006). Assesment of Children Behavioral, Social and Clinical Foundations. Fifth Edition. San Diego: Jerome M. Sattler, Publisher, Inc.

Posting Komentar